Studium Generale : Kisah Kuntoro Mangkusubroto Sebagai Pengambil Keputusan Penting di Indonesia

Oleh Vernida Mufidah

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Mengambil sebuah keputusan menjadi sesuatu yang penting untuk menghadapi berbagai masalah yang dialami. Kuntoro Mangkusubroto sebagai salah satu alumni ITB yang memiliki banyak pengalaman dari dunia industri, pemerintahan dan pendidikan ini menceritakan bagaimana perjalanan menjadi seorang yang dipercaya dalam mengambil keputusan-keputusan penting dalam Studium Generale. Kuliah umum yang menghadirkan tokoh-tokoh ternama ini dilaksanakan pada Sabtu (12/11/11) di Aula Barat Kampus ITB.

Deliverology menjadi kata pembuka dari cerita Kuntoro. Kata ini memiliki makna dari dua kata yakni delivery yang memiliki arti menyelesaikan tugas, membawa hasil nyata dan logic yang memiliki arti ilmu. Kuntoro bercerita tentang bagaimana ia tertarik dengan ilmu pengambilan keputusan sewaktu ia masih kuliah di ITB dengan mengambil mata kuliah TI 551 Decision Theory. Sebuah kelas kecil yang hanya berisi empat orang mahasiswa dan satu dosen ini berhasil membawanya menjadi seorang yang seperti sekarang.

Perjalanan Kuntoro

Kuntoro dipercaya menangani PT Bukit Asam pada tahun 1988 hingga 1989 untuk membenahi produktivitas, langkah yang ia tempuh adalah dengan menggunakan teknologi secara tepat dengan melihat sistem yang terlibat di dalamnya. Selanjutnya ia beralih menangani PT Timah yang saat itu diambang kebangkrutan, akhirnya Kuntoro berhasil melakukan reformasi kinerja dan menyelamatkan PT Timah. Saat itu pula PT Timah menjadi salah satu perusahaan yang pertama kali menggunakan sistem kontrol dengan International Maritime Satelite (Inmarsat) untuk mengelola kapal keruk.

Kementerian Pertambangan dan Energi pada tahun 1998 hingga 1999 juga pernah dicicipi oleh Kuntoro dengan mereformasi iklim investasi. Selanjutnya ia beralih ke PLN dan menangani kemelut kontrak kerjasama. Lelah dengan petualangannya, Kuntoro berkecimpung lagi ke kampus ITB dan mendirikan Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM). Namun di tengah kenyamanannya, Kuntoro menerima sebuah misi untuk membangun Aceh selepas tsunami pada tahun 2004.

Membangun Aceh bagi Kuntoro tidaklah mudah, ketidakpercayaan, persoalan sosial, dan perang harus ia hadapi. Dengan pengalaman yang ia miliki akhirnya empat tahun berada di Aceh menghasilkan perubahan besar yakni 140 ribu rumah baru telah dibangun, jalan, pelabuhan dan sarana prasarana umum lainnya siap untuk digunakan.

Karir Kuntoro saat ini adalah sebagai Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendali Pembangunan Republik Indonesia. Dengan kemampuannya Kuntoro berhasil menerapkan teknologi baru untuk mengawasi pembangunan di seluruh Indonesia dengan melibatkan rakyat. Rakyat Indonesia dapat melaporkan proyek pembangunan dengan menggunakan media sosial, internet dan aplikasi di telepon seluler.

"Transparansi, partisipasi atau open government adalah bentuk reformasi birokrasi yang kita harus bangun bersama demi Indonesia yang lebih baik." tutup Kuntoro di akhir ceritanya.


scan for download