Dies Natalis UKM Ke-36: Kontribusi Nyata Minangkabau Untuk Indonesia

Oleh Shinta Michiko Puteri

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-36, Unit Kesenian Minangkabau (UKM) ITB mengadakan Malam Pagelaran Kesenian Minangkabau pada Jumat (22/04/11) di Sasana Budaya Ganesha ITB. Bertajuk "Manyibak Kaba Mambangkik Aso", pagelaran yang dibawakan dengan teater, tari, dan musik ini berhasil menarik sekitar 900 penonton. Antusiasme penonton yang sangat besar terhadap acara ini dibuktikan dengan tiket yang habis dalam dua hari masa penjualan.

"Mengusung tema besar 'Minangkabau for Indonesia' kami memang ingin menunjukkan kontribusi nyata yang dapat diberikan oleh sebuah kesenian dan budaya untuk Indonesia, salah satu caranya yaitu menampilkannya dengan baik," jelas Fakhrur Rozi (Teknik Geofisika 2008) selaku Ketua Acara saat ditanya mengenai latar belakang diadakannya acara dies ini.

Musik dari Minang tampil menggelegar sebagai pembuka dari pagelaran ini. Musik yang mendapat pengaruh dari unsur Melayu, Arab (timur tengah), dan nuansa islami ini dibawakan oleh 20 mahasiswa yang memainkan jenis alat musik yang beragam. Mereka membawakannya dengan pola permainan yang variatif.

Setelah dibuka dari permainan alat musik Minang, acara dilanjutkan dengan penampilan Tari Galombang Pasambahan yang merupakan tarian pembuka acara, biasa diartikan sebagai penghormatan terhadap tamu yang datang ke suatu acara. Gerakan tarian yang tegas dan dinamis mencerminkan bahwa tarian ini memiliki dasar gerakan tari tradisi (pencak silat).

Dalam sesi kedua, dimulailah rangkaian acara pagelaran yang secara garis besar terdiri dari drama yang diselingi oleh tarian dan musik. Drama yang dibawakan menceritakan tentang proses pencarian kembali naskah kuno Minangkabau yang berisi budaya-budaya Minang yang telah lama hilang ke masa lampau karena ditinggalkan di masa depan.

Penonton langsung dihibur dengan keceriaan penari dalam membawakan setiap gerakan yang ada dalam Tari Urak Langkah. Tari ini bermaksud menggambarkan keceriaan dalam bergaul di ranah minang yang sangat identik dengan kehidupan pemuda saat ini. Tari ini cukup membawa tepuk tangan yang meriah dari penonton. Setelah itu ditampilkan Tari Panen Gadang yang merupakan kolaborasi dari dua tarian yang memiliki makna masa lalu dan masa sekarang.

Drama ini tidak melulu menyuguhkan tarian-tarian khas Minang, tetapi juga menampilkan kesenian Minangkabau yang lahir atas dasar perkembangan gerakan pencak silat, yaitu Randai. Dibawakan dengan lebih santai dan mengalir, kesenian ini termasuk ke dalam permainan daerah yang dimainkan dengan iringan dendang kaba.

Selain itu, terdapat juga tiga tarian yang turut ditampilkan dalam pagelaran ini, yaitu Tari Piriang Manggaro, Tari Sapu Tangan, dan Tari Ulu Ambek Manyibak Galanggang yang memiliki makna mengenai semangat membuka lembaran baru dalam kehidupan ketika suatu permasalahan telah selesai dihadapi. Drama ditutup dengan sebuah musikalisasi puisi yang menceritakan tentang maksud cerita drama tersebut.

"Menyibak kaba mambangkik aso, artinya menguak kisah membangkitkan harapan. Di pagelaran ini kita ingin membuka kembali sepenggal kisah atau cerita yang ada di beberapa tempat di Minangkabau, dengan harapan adanya keinginan untuk tetap melestarikan seni dan budaya Minangkabau," ujar Hari Triwibowo (Teknik Sipil 2008) selaku Ketua Divisi Acara Dies Natalis UKM ke-36 ini.

Rionaldo Putra (SBM 2008) sebagai salah satu penonton mengatakan, "Acara ini bagus sekali. Dengan menampilkan kesenian dan budaya Minangkabau, itu jadi membangkitkan rasa nasionalisme kita, bahwa kita harus bangga dengan budaya kita sendiri dan tidak boleh dilupakan."

Terakhir, pagelaran ditutup dengan musik kolaborasi yang menampilkan perpaduan musik minang dengan batak, melayu, sunda dan bali. Bersama UKMR, UKSU, LSS, dan MGG, UKM berhasil menampilkan penutupan yang sangat meriah.


scan for download