Ardian Yudo Dewanto: Berkontribusi Memberikan Solusi Menjawab Isu Global dalam WorldMUN 2011

Oleh Shinta Michiko Puteri

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - "Saya ingin terlibat dalam komunitas internasional, selain bisa melatih kemampuan berbahasa inggris dan membina hubungan intrapersonal dengan orang lain. Saya juga memiliki rasa ingin tahu yang besar akan keberjalanan konferensi atau sidang PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)," jawab Ardian Yudo Dewanto (Teknik Mesin 2008) ketika ditanya mengenai motivasi mengikuti Harvard World Model United Nations (WorldMUN) 2011 di Singapura pada 14-18 Maret 2011. WorldMUN merupakan suatu simulasi konferensi PBB yang diadakan setiap tahunnya di negara yang berbeda-beda. Pada  tahun ini, Yudo dan bersama 19 mahasiswa ITB lainnya berdiplomasi dengan 2255 delegasi lain yang berasal dari 270 universitas dari 65 negara.

"Saya merasa mendapatkan banyak manfaat dengan mengikuti WorldMUN ini. Saya menjadi tahu bagaimana caranya untuk bernegosiasi dan berdebat dengan cara yang baik terutama dalam moderated caucus (debat formal dimana perwakilan negara dapat mendiskusikan sebuah topik yang menjadi permasalahan, red)," ujar mahasiswa yang memiliki hobi berenang dan membaca koran ini.

Selain meningkatkan kemampuan berkomunikasi, Yudo mengaku juga mendapat banyak teman dari berbagai negara yang berbeda-beda, yaitu Perancis, Jepang, Singapura, dan India. "Selain menjadi lebih paham akan permasalahan global, saya juga berkesempatan untuk memperluas jaringan," tambah mahasiswa kelahiran 18 Juni 1991 ini.

"Berkomunikasi dengan perwakilan negara lain itu sangat sulit karena budayanya juga berbeda, tapi justru hal tersebut yang membuat kita mendapat pembelajaran lebih banyak," tutur Yudo saat ditanya mengenai hambatan saat menjalani simulasi konferensi tersebut.


Berkontribusi Memberikan Solusi Dengan Ciri Khas

Yudo mengatakan bahwa pengalamannya mengikuti WorldMUN 2011 ini merupakan suatu hal yang sangat baru karena bukan termasuk dalam bidang keprofesiannya. Namun hal ini ternyata tidak menjadi masalah. "Mencari solusi menggunakan logika secara sistematis dan komprehensif membuat ITB memiliki peran yang berbeda dari universitas lainnya dan hal tersebut menjadi ciri khas kami," kata Yudo.

Di komitenya, DISEC (Disarmament and International Security), dibahas mengenai narcoterrorism, yaitu penjualan obat-obatan terlarang atau narkotika sebagai sumber dana aksi terorisme. Ia memberikan solusi untuk mengganti profesi petani opium menjadi petani komoditas lain dengan cara memanfaatkan sumber daya yang ada. Di Afganistan misalnya, banyak mineral yang dapat digunakan. Selain dapat menjawab permasalahan, solusi ini juga sangat bermanfaat bagi jangka panjang karena membuka lapangan kerja baru.

Sembilan belas mahasiswa lainnya selain Yudo yang menjadi perwakilan ITB, yaitu Tulus Imaro, William Maha Putra, Dannis Muhammad Mangan, Shinta Michiko Puteri, Ivan Ramos, Alan Yudhahutama, Imam Prabowo, Aldinal Rachman, Ustica Haedy, Nisa Nafisalina, Retno Nuraini, Ajeng Dewi, Rachmat Fathoni, Ratih Hardian, M. Rijal Abdurrahman, Reswita Dery, Alida Nur Sakinah, Anthya Paramaputra, dan Mila Fira Pratiwi.

Terakhir, Yudo berpesan bahwa akan ada seleksi yang akan diadakan untuk WorldMUN 2012. Seleksi itu akan diadakan di tengah tahun 2011. Untuk keterangan lebih lanjut dapat mengunjungi website resmi WorldMUN ITB (http://worldmunitb.webs.com/).


scan for download