Tazkiyah Izzati, S.Si: Evaluasi Tes Komet Versi Alkali Protokol Yusuf dalam Mendeteksi Kerusakan DNA pada Sperma-epididimis Mencit (Mus musculus) SW yang Didedahkan Pada Air Lindi Sampah

Oleh alitdewanto

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Salah satu uji genotoksisitas yang paling banyak digunakan untuk mendeteksi kerusakan DNA adalah tes Komet (Single Cell Gel Electrophoresis). Tes Komet merupakan metode yang sensitif, mudah, dapat diandalkan dan cepat dalam mendeteksi berbagai kerusakan DNA .Tes komet versi alkali dapat mendeteksi kerusakan DNA berupa Single Strand Breaks (SSB), Double Strand Breaks (DSB) dan alkali labile sites (ALS).

Sistem reproduksi merupakan sistem yang memiliki peran penting untuk kelangsungan hidup organisme berikutnya,  karena bila terjadi kerusakan pada organ reproduksi jantan maka kegagalan fertilisasi, kegagalan implantasi, kematian fetus, terjadinya malformasi embrio dan bayi juga terjadinya abnormalitas pada keturunan sangat mungkin terjadi . Setelah terdeteksinya kerusakan DNA pada sel sum-sum tulang mencit yang disebabkan oleh air lindi sampah.Timbul pertanyaan bagaimana bila kerusakan DNA ini terjadi pada sperma, maka sperma akan membawa materi genetik yang mengalami kerusakan. Fertlisasi dengan sperma yang membawa materi genetik yang mengalami kerusakan akan menyebabkan terjadinya kematian embrio dan kemungkinan kanker pada keturunannya ,sehingga deteksi kerusakan DNA pada sperma menjadi penting.
 

Oleh karena itu Tazkiyah Izzati, alumnus Program Studi Biologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB memutuskan untuk mengambil topik evaluasi sensitivitas tes komet versi alkali protokol Yusuf dalam mendeteksi kerusakan DNA pada sperma-epididimis mencit dengan diberi bahan uji berupa air lindi sampah bagi Tugas Akhir (TA) S1nya. Wanita yang akrab dipanggil Tazi ini mengaku memilih mengevaluasi sensitivitas tes komet versi alkali protokol Yusuf karena protokol ini telah dilakukan pada laboratorium baik di luar negeri maupun di Indonesia.

Dalam pelaksanaan penelitian tugas akhirnya, Tazi memberikan perlakuan pada sejumlah kelompok mencit jantan berumur 11-12 minggu dengan cara disuntik secara intraperitoneal (i.p) (menyuntik ke dalam rongga perut - red) dengan air lindi konsentrasi 25%, 50% dan 100% selama 10 hari. Kemudian 21 hari kemudian mencit tersebut didislokasi leher (dibunuh - red) dan epididimisnya diisolasi untuk diambil spermanya. Beberapa sampel dibuat preparatnya (apusan / awetan - red) kemudian per-seratus sel dalam preparat diamati dengan mikroskop fluoresens dan diamati kerusakannya dengan metode scoring. Metode scoring merupakan metode yang biasa digunakan untuk melihat kerusakan DNA, semakin tinggi tingkat kerusakan DNA yang dilihat berdasarkan tipe sel komet, Semakin panjang ekor komet yang terbentuk dan semakin kecil kepala komet menunjukkan tingkat kerusakan DNA yang makin parah, maka skor yang diberikan pun semakin tinggi.
 
Hasil penelitian Tazi menunjukkan bahwa tidak terdapat kerusakan DNA pada sperma-epididimis mencit yang diberi perlakuan air lindi sampah selama 10 hari, demikian pula pada sperma-epididimis mencit kelompok kontrol positif, yaitu dengan pemberian cyclophosphamide 50 mg/ kg b.b. Hasil uji sel komet menunjukkan bahwa tipe komet yang terdeteksi pada pengamatan hanya komet tipe 1 yaitu sel tanpa ekor, sedangkan tipe komet 2, 3, 4 dan 5 yang mengindikasi kerusakan DNA lebih parah tidak teramati. Menurut Tazi, hal ini dapat disebabkan oleh bahan uji yang tidak sensitif, sperma-epididimis yang tidak terdedah terhadap air lindi atau metode deteksi yang tidak sensitif.

Hasil penelitian yang menunjukkan kerusakan DNA yang tidak terdeteksi pada sperma-epididimis mencit yang diberi perlakuan air lindi sampah ini dapat disebabkan karena air lindi sampah memang tidak bersifat genotoksik, namun hal ini bertolak belakang dengan beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa air lindi sampah bersifat genotoksik selain itu hasil pengukuran parameter fisika dan kimia air lindi sampah TPA Sarimukti Cipatat, Kelurahan Cigedig, Kabupaten Bandung Barat juga menunjukkan adanya zat toksik yang batasnya melebihi kadar baku air minum, yaitu timbal dan amonia, masing-masing sebesar 4,6667 mg/mL dan 914,34 mg/L . Dengan begitu Tazi menyimpulkan bahwa tes komet versi alkali tidak dapat mendeteksi kerusakan DNA pada sperma-epididimis mencit yang didedahkan pada air lindi sampah. Hal ini berbeda dengan percobaan-percobaan sebelumnya dan merupakan penemuan baru. Dengan penelitian ini, Tazi berharap agar tes Komet beserta jenisnya akan semakin berkembang sehingga peneliti maupun pembelajar dapat memiliki banyak pilihan mengenai metode yang cocok untuk dilakukan dalam pengujian kerusakan DNA.

Tazkiyah Izzati lahir pada 25 Maret 1988. Anak dari pasangan Dewi Widya dan Akhmad Setiobudi ini telah menyelesaikan program sarjana jurusan Biologi pada Juli 2010. Sebelum menyenyam pendidikan di Biologi ITB, Tazi, begitu panggilan akrabnya, bersekolah di SMP Istiqamah kemudian dilanjutkan di SMAN 2 Bandung. Salah satu kegemaran Tazi adalah menulis. Di sela kesibukannya kini yaitu mengajar di salah satu bimbingan belajar, Tazi selalu menyempatkan diri untuk menulis kisah sehari-harinya di blog pribadinya. Selain itu, Tazi memang tertarik dengan segala hal yang berhubungan dengan biologi dan penelitian, ia cukup mahir dalam histology (mempelajari tentang sel). Untuk saat ini, selain mengajar, Tazi juga sedang mempersiapkan untuk melanjutkan kuliah magisternya.

scan for download