Kuliah Tamu "Developing Pharmaceutical Business Network between Universities and Industries"

Oleh

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Sekolah Farmasi ITB telah menyelenggarakan kuliah tamu yang Prof. Eng. Marc Deschamps dari Invest Parks, Belgia, dengan topik "Developing Pharmaceutical Business Network between Universities and Industries", pada Kamis, 21 September 2006 pada pukul 13.00 - 15.00 WIB di Gedung Aula Timur. Kuliah tamu yang diadakan setelah acara pelantikan dan pengambilan sumpah apoteker baru Semester II 2005-2006 ini, dihadiri oleh para stakeholder di industri farmasi Indonesia, seperti Kimia Farma, Biofarma, Pharpros, dan Dexan. Menurut Marc, Indonesia memiliki masa depan yang cerah. “Saya dapat melihat negara ini memiliki masa depan, karena ia memiliki sumber daya manusia yang luar biasa, dan lokasi dari negara ini sangat strategis, berdekatan dengan dua raksasa: Cina dan India, dan juga berada dalam jalur yang saya sebut ‘Islamic Banana’, yang dimulai dari Turki, negara-negara Arab, Afganistan, Pakistan, Malaysia, dan berakhir di Indonesia.” Pengetahuan Marc tentang Indonesia, ITB, dan perbankan syariah memang luar biasa. Sepanjang kuliahnya ia kerapkali menyebut nama lembaga di bawah nama ITB sebagai permisalan. Saat menjawab pertanyaan seorang penanya, Marc bahkan menginformasikan kepadanya untuk mematenkan produknya dengan bantuan satgas HaKI ITB. Industri dan perguruan tinggi, dengan kepentingannya masing-masing, seringkali tidak menemukan titik temu kesepakatan dalam menjalin sebuah kerjasama dalam bidang penelitian dan pengembangan. Maka Marc pun mengajukan dua buah kata sebagai kunci untuk keberhasilan sinergisasi industri dan perguruan tinggi dalam bidang litbang. “Cooperation and coopetition. Jalinlah kerjasama dengan perguruan tinggi dalam bidang litbang, tetapi bahkan lebih baik apabila Anda bisa menjalin kerjasama dengan kompetitor Anda.” Membahas dan menjembatani kerjasama penelitian dan pengembangan antara peneliti di universitas dan pihak industri, Prof. Eng. Marc Deschamps berulangkali memberikan masukan kepada ITB agar dapat membawa bidang risetnya selangkah lebih maju menuju unversitas berkelas dunia. “Akan lebih baik apabila kelompok riset tidak berada di bawah suatu fakultas atau sekolah, sehingga mereka bisa menyeberang bidang ilmu, dan saling melengkapi. Bayangkan hasil yang dapat diperoleh.” Ia juga memberi saran kepada situs ITB. “Kita wajib mempromosikan apa yang kita miliki. Apabila saya adalah seorang investor dari industri di luar negeri yang berminat untuk menjalin kerjasama dengan ITB, saya akan mengakses situs ITB untuk sebuah survey kasar tentang potensi ITB. Saat informasi yang saya cari tidak tersedia dalam bahasa yang dapat saya mengerti, maka itu mempersulit saya untuk mengetahui lebih dalam tentang ITB.

scan for download