100 Tahun ITB

Ir. Kusmayanto Kadiman, Ph.D : Penggagas Kampus Bersih Lingkungan, Akademik, dan Keuangan

Pendidikan :
  • S-1 Program Studi Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung , 1977
  • S-3 Program Studi System Engineering Australia National University, Australia, 1988
Penghargaan / Prestasi, antara lain
  • Dosen Teladan Institut Teknologi Bandung , 1991
  • Officier dans l’Ordre des Palmes Academique (dianugerahkan oleh Pemerintah Perancis), 2005
Pada sore hari tanggal 2 Agustus 2019 bertempat di Gedung Lama DPRD Provinsi Jawa Barat, tim panitia 100 tahun ITB mendapatkan kesempatan untuk melakukan wawancara dengan Ir. Kusmayanto Kadiman, mantan Rektor Institut Teknologi Bandung periode 2001-2004 serta mantan Menteri Riset dan Teknologi 2004-2009. Sosok ramah nan humoris yang akrab dipanggil KK (Kaka) ini menceritakan banyak hal mengenai pengalamannya selama menjadi Rektor ITB serta pengalaman beliau selama menjabat menjadi menteri.

Ir. Kusmayanto Kadiman merupakan seorang pengajar di Program Studi Teknik Fisika ITB, mantan Rektor Institut Teknologi Bandung periode 2001-2006, serta mantan Menteri Riset dan Teknologi dalam Kabinet Indonesia Bersatu periode 2004-2009. Beliau lahir di Bandung, Jawa Barat, pada tanggal 1 Mei 1954. Perjalanan hidup beliau dimulai ketika lulus dari Institut Teknologi Bandung dengan menyandang gelar Sarjana Teknik Fisika pada tahun 1977. Kusmayanto muda mendapat kesempatan untuk langsung lompat menjalani S3 di Australia National University tanpa perlu menjalani S2 terlebih dahulu dan berhasil menyandang gelar Doctor of Philosophy (PhD) dalam bidang Systems Engineering di tahun 1988.

Beliau kemudian kembali ke Indonesia untuk melanjutkan kariernya di bidang akademik sebagai dosen pengajar mata kuliah Ilmu dan Rekayasa Kontrol di Institut Teknologi Bandung. Tidak hanya fokus sebagai pengajar, beliau juga mengemban berbagai amanah sekembalinya dari Australia. Pada tahun 1998-2000 Kusmayanto menjabat sebagai Sekretaris Rektor ITB Bidang Kerjasama, kemudian menjadi pendiri dan pelaksana harian Program Studi S-2 bidang Instrumentasi dan Kontrol Teknik Fisika ITB, serta menjadi Kepala Pusat Komputer PIKSI ITB. Kusmayanto juga berkontribusi besar terhadap pengembangan teori kontrol dan instrumentasi serta perangkat lunak di sejumlah perguruan tinggi Indonesia yang mengantarkan beliau menjadi penerima penghargaan Officier dans l’Ordre des Palmes Academique oleh Pemerintah Perancis pada tahun 2005.

Sebelum menjadi rektor, beliau diangkat oleh Prof. Dr. Lilik Hendrajaya sebagai sekretaris rektor untuk hubungan luar negeri yang tugasnya adalah membangun kerjasama dengan luar negeri baik di bidang pendidikan maupun penelitian. Pada periode 10 November 2001-21 Oktober 2004 Kusmayanto terpilih untuk menjabat sebagai Rektor ITB menggantikan Prof. Dr. Lilik Hendrajaya berdasarkan Ketetapan Majelis Wali Amanat ITB Nomor 001/SK/K01-MWA/XI/2001 tentang Pengangkatan Rektor ITB Periode 2001-2006 setelah mengungguli dua calon potensial lainnya yaitu Bana G. Kartasasmita, Ph.D dan Prof. Dr. Ir. M Sahari Besari. Dengan keputusan tersebut, maka nama Kusmayanto tercatat dalam lintasan sejarah kepemimpinan ITB sebagai rektor kedua belas ITB atau rektor kedua puluh delapan Institut Teknologi Bandung sejak Technische Hoogeschool te Bandoeng didirikan. Terpilihnya Kusmayanto sebagai Rektor ITB menandai era baru proses pemilihan Rektor ITB yang sejak akhir tahun 2000 ditetapkan sebagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN), bersama tiga perguruan tinggi negeri lainnya (Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, dan Institut Pertanian Bogor).

Ketika saya menjadi rektor, yang terpenting adalah ITB dikenal di dunia terlebih dahulu

Selama menjabat menjadi Rektor Institut Teknologi Bandung, beliau dikenal dengan nilai luhur yang selalu dijunjung yaitu BERSIH. BERSIH disini tidak hanya merujuk kepada keadaan lingkungan di dalam kampus Institut Teknologi Bandung, namun juga bersih akademik, dan bersih keuangan. Hal pertama yang beliau lakukan ketika diangkat menjadi Rektor ITB adalah membersihkan lingkungan kampus dalam rentang waktu 3 bulan. Beliau membagi kampus ITB menjadi 8 bagian dan mengerahkan seluruh civitas ITB untuk turut serta dalam membersihkan kampus, mulai dari ruang kelas, mushola, serta WC.

Selanjutnya adalah bersih akademik. Bersih akademik yang dimaksud oleh Ir. Kusmayanto disini adalah sistem akademik yang sudah terstruktur dan efisien. Pada awalnya, sistem pemberian nilai saat ujian di ITB membutuhkan waktu yang sangat lama, “Dulu di ITB ujiannya sudah (selesai), udah masuk semester baru, tapi nilanya belum keluar. Kasihan anak ITB yang libur, misalnya waktu natalan.” Ucap Kusmayanto. Ketika akhirnya menjabat menjadi rektor, beliau memberikan reward kepada dosen yang dapat mengeluarkan nilai ujian dengan cepat. Syukurlah setelah adanya pemberian reward tersebut, sistem administrasi akademik di ITB pun semakin lancar. Tidak hanya perihal nilai, tapi juga mengenai penjelasan syarat-syarat kelulusan.

Terakhir, yaitu bersih keuangan. Dulu, mahasiswa ITB saat mendaftar harus pergi ke bank terlebih dahulu sebelum ke bagian pendaftaran. Kemudian, banyak mahasiswa yang perlu meminjam biaya untuk kuliah karena tidak mampu, sedangkan beasiswa cukup sulit saingannya. Akhirnya beliau membuat aturan untuk memperketat aturan penerima beasiswa, dimana mahasiswa harus menunjukkan tagihan listrik serta slip gaji orang tua, sehingga tidak ada lagi yang bisa mengelabui agar bisa mendapat pinjaman dana. Semenjak kepemimpinan pak KK, alur administrasi pendaftaran serta keuangan menjadi jauh lebih teratur.

Pada tanggal 21 Oktober 2004 Kusmayanto Kadiman mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Rektor ITB periode 2001-2006 sehubungan dengan diangkatnya beliau sebagai Menteri Riset dan Teknologi dalam Kabinet Indonesia Bersatu (2004-2009). Jabatan beliau sebagai Rektor ITB kemudian dipegang oleh Prof. Ir. Adang Surahman, M.Sc., Ph.D.

Menurut saya, untuk masuk ke tataran dunia musti terdengar. Cari apa yang unik ke depan. Apa yang kira-kira bisa menjadi tandingan dunia?

Pria yang gemar bermain golf dan tennis di waktu senggang ini memiliki perhatian utama agar IPTEK dapat menjadi mesin utama pembangunan ekonomi berkesinambungan. Hal tersebut kemudian ia bawa menjadi misi utamanya sebagai Menristek. Ketika menjabat menjadi Menristek, Kusmayanto mempergunakan konsep triple helix ABG (Academicians, Businessmen, dan Government) sebagai landasan untuk mencapai sasaran pemberatasan kemiskinan di antara masyarakat. Formulasi ABG menjamin agar tiga unsur masyarakat tersebut dapat saling bersinergis satu sama lain untuk mendukung komersialisasi IPTEK.

Akhir kata, menjelang perayaan 100 tahun ITB, Kusmayanto berpesan mengenai harapan beliau terhadap Perguruan Tinggi Teknik, khususnya ITB, “Ketika saya menjadi rektor, yang terpenting adalah ITB dikenal di dunia terlebih dahulu. Program studi di ITB yang potensial membawa nama ITB ke dunia dan waktunya bisa singkat antara lain astronomi dan seni rupa. Apalagi mengingat bahwa lawan kita adalah New Zealand yang tentu saja teknologi nya tidak perlu diragukan kualitasnya. Sedangkan Seni Rupa kita nggak ada standarnya, unik, muncul, dan keren. Menurut saya, untuk masuk ke tataran dunia musti terdengar. Cari apa yang unik ke depan. Apa yang kira-kira bisa menjadi tandingan dunia? Jangan hanya menghasilkan teknologi, tapi lebih baik pikirkan juga bagaimana teknologi bisa bermanfaat bagi banyak orang.” Tutup Kusmayanto.