100 Tahun ITB

Arief Widhiyasa dan Lika-liku Perusahaan Game Nasional Agate

Pendidikan :
  • SMP Negeri 1 Singaraja
  • SMA Negeri 1 Singaraja
  • Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung (2005)
Pendidikan :
  • General Manager di G-Softworks (2005 – 2007)
  • Microsoft Student Partner di Microsoft Innovation Center (2007-2009)
  • CEO Agate Studio (2007 – Sekarang)
Penghargaan dan Prestasi Lain: :
  • CEO & Co-Founder Agate International
Saat ini, perkembangan industri kreatif di dunia khususnya di Indonesia kian pesat. Hal ini didukung fakta bahwa kumpulan start up di Indonesia telah memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemerintah sendiri juga semakin serius dalam mengawal industri yang memiliki potensi besar untuk mendukung kemajuan Indonesia. Salah satu start up karya anak bangsa yang turut mencuri perhatian publik adalah Agate. Agate merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan game. Cikal bakal pendirian perusahaan ini pun terbilang unik, pasalnya Agate didirikian oleh anak-anak muda yang sangat hobi bermain game, yakni Arief dan teman-temannya. Saat ini Agate merupakan perusahaan game nasional terbesar di Indonesia.

Arief Widhiyasa atau yang akrab disapa Arief merupakan alumni Institut Teknologi Bandung jurusan Teknik Informatika angkatan 2005. Ia dipercaya menjadi CEO Agate oleh timnya lantaran ia sangat berkontribusi besar bagi pengembangan Agate dan memahami proses bisnis Agate. Perusahaan ini didirikan oleh setidaknya 18 orang anak bangsa. Arief Widhiyasa bersama teman-temannya yang mendalami bidang informatika, matematika, elektro, dan seni rupa mendirikan Agate atas landasan hobi yang sama yakni sangat menyukai gaming.

Pria kelahiran Denpasar, 4 April 1987 tersebut mengatakan bahwa dirinya dan semua co-founder Agate adalah hardcore gamer karena merupakan orang-orang yang sudah menyukai game dari kecil hingga kuliah. “Dulu sewaktu kuliah juga setiap kali di lab saya pasti main game. Tapi karena kita merasa bahwa game itu membawa value yang sangat besar di hidup kita, kayak misalnya, banyak sih misalnya ketika ada teman-teman lagi sedih atau mungkin kondisi rumahnya nggak terlalu bagus, dengan game itu mereka bisa sangat banyak terbantu.” Arief mengaku selalu ingin membuat game, sehingga memutuskan untuk bekerja di industri game. “Tapi kenyataannya, tidak ada perusahaan game yang bisa menampung 18 orang. Jadi akhirnya yang kita lakukan adalah yaudah kita bikin perusahaan game sendiri. Sesimpel itu, sih.” Jelas Arief mengenai motivasi di balik pembuatan Agate.

Dulu sewaktu kuliah juga setiap kali di lab saya pasti main game.

Perjuangan Arief bersama tim dalam pembuatan Agate tidaklah mudah. Modal dan kompetitor merupakan masalah utama yang harus mereka hadapi. Pasalnya untuk mendirikan sebuah start-up, Arief dan tim tentu membutuhkan modal awal yang tidak sedikit. Awalnya mereka berusaha untuk mengikuti banyak lomba dan berharap dapat memenangkannya untuk membantu pengembangan Agate. Namun kenyataannya, kebanyakan lomba yang mereka ikuti tidak berhasil dimenangkan. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk patungan. Alhasil, mereka memiliki modal awal sebesar 135.000.000 rupiah. Ketiadaan anggota tim berlatar belakang bisnis juga menjadi tantangan tersendiri bagi mereka untuk dapat mengatur pengelolaan modal tersebut dengan baik. Tak kekurangan akal, Arief pun mulai rajin membaca berbagai buku bisnis untuk mendapat referensi mengenai bisnis game tersebut.

Menurut Arief, proses perkembangan Agate seperti kura-kura berjalan. Beliau menyebutkan bahwa peningkatan keanggotaan Agate hanya berkisar 10 orang perbulannya. Hingga saat ini, setelah 10 tahun lebih keberjalanan Agate, mereka telah memiliki lebih dari 250 anggota di dalamnya. game yang telah berhasil dibuat dan dipasarkan juga sudah lebih dari ratusan. Hal ini tentu menunjukkan bahwa Agate merupakan perusahaan game yang cukup aktif dalam industri perkembangan game di indonesia maupun global. Pembuatan game itu sendiri terdiri dari beberapa tahapan seperti feasibility study, brainstorming, pre-production, production, launching. Pembuatan game akan dilakukan apabila ada permintaan dari perusahaan tertentu maupun atas dasar ide dari Agate itu sendiri.

Untuk mempertahankan bisnisnya, Arief menjalin kerjasama dengan berbagai developer game untuk membuat game bersama-sama, seperti Square Enix, Google Localization Partner untuk pendistribusian game ke berbagai market, serta melakukan pengembangan dengan Serious Game Indonesia.

Arief menjelaskan bahwa di Agate terdapat dua fokus bisnis, yang pertama adalah to consumer, yaitu berupa game mobile atau console yang langsung ke konsumen, dan yang kedua adalah corporate. Business corporate sendiri baru bermain di dua field yaitu marketing dan learning, mencakup bagaimana caranya membantu perusahaan yntuk lebih mudah menjangkau employeenya. Dalam keberjalanannya, Arief menyebutkan bahwa Agate bekerja sama dengan berbagai perusahaan developer maupun publisher game lainnya yang telah lebih dulu eksis secara global, seperti Valthirian Arc, Sony, Nintendo, dan lain lain. Arief bersama Agate juga menjadikan ketersediaan talenta muda di bidang game yang terbatas sebagai perhatian khusus. Arief berharap, Pemerintah semakin mendukung pertumbuhan industri game di dalam negeri. Selain itu ia juga mengungkapkan agar kedepannya generasi muda Indonesia semakin banyak yang tertarik untuk berpartisipasi dalam mengembangkan dunia game Indonesia. Sesuai dengan tagline Agate yaitu “Life the Fun Way”, Arief ingin membuat dunia menjadi lebih menyenangkan dengan game ciptaannya.