Sebagai Edukasi bagi Masyarakat, ITB Sosialisasikan Hasil Riset Biji Kemiri Sunan

Oleh Cintya Nursyifa

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Integrasi langkah nyata atas peran ITB sebagai perguruan tinggi direalisasikan melalui sosialisasi hasil riset bioproduk. Nampaknya kini tiba giliran Kelompok Keilmuan (KK) Agroteknologi dan Teknologi Bioproduk Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB. Dimotori pula oleh Himpunan Mahasiswa Rekayasa Hayati (HMRH) ITB, kegiatan ini semakin terasa sebagai bentuk pengabdian masyarakat bagi penduduk Desa Pajagan, Sumedang. Mengisi kekosongan akademik, kegiatan ini dilaksanakan tepat pada hari Rabu (20/07/16) para akademisi ITB memaparkan aplikasi konsep biorefinery dari biji kemiri sunan. Penyelenggara turut mengundang Prof. Erik Heeres (Universitas Groningen) sebaga kolega para dosen ITB dalam melakukan riset.

Optimasi Potensi Bahan Hayati sebagai Solusi

Metode sosialisasi dengan gambar visual dan demonstrasi langsung yang diterapkan, dianggap sesuai dengan karakter pemahaman masyarakat yang menjadi sasaran guna memahami proses pengolahan biji kemiri sunan. Ini merupakan suatu kesempatan emas yang tak disia-siakan masyarakat LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan), pihak Perhutani, dan pemerintah desa Pajagan. Konsep biorefinery dalam pemanfaatan komoditi hayati dianggap hal baru dan meningkatkan antusiasme para audiens.

Sebagai sumber bahan bakar berbasis hayati, menurut ketua program kegiatan tersebut, Muhammad Yusuf Abduh, penerapan konsep biorefinery akan mengarah pada kebermanfaatan seluruh komponen biji kemiri sunan baik sebagai bioproduk bernilai ekonomi tinggi. Lebih lagi, cangkang biji dan ampas sebagai residu dari hasil ekstraksi minyak, dapat diolah menjadi pakan bagi larva lalat tentara hitam (Black Soldier Fly Larvae) untuk dikonversi menjadi biomassa berprotein tinggi. "Larva ini merupakan sumber pakan yang baik bagi ayam dan ikan, dan menurut hasil penelitian, pakan ini tidak menimbulkan efek samping," tutur Yusuf. 

Dari Laboratorium, untuk Kesejahteraan Umum

Bermula dari niat mulia para akademisi ITB untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat, hasil riset laboratorium bukan lagi suatu arsip nan ekslusif. Mr. Erik mengungkapkan bahwa program sosialisasi seperti ini sangat cocok dilakukan di daerah pedesaan karena dapat memberikan manfaat bagi para petani untuk ikut meningkatkan kesejahteraan desanya, sehingga dapat mencegah arus migrasi penduduk dari desa ke kota." Sebuah ekpektasi muncul akan program terkait, petani mendapatkan gambaran tentang prospek masa depan, maka peningkatan kesejahteraan desabukan menjadi hal yang mustahil. Kembali memaknai hal yang menjadi tujuan sejak awal, bahwa kama yang baik antara institusi perguruan tinggi, pemerintah, dan para petani Desa Pajagan juga diharapkan terjalin dengan baik khususnya dalam mengembangkan perkebunan kemiri sunan dan mengolahnya menjadi bioproduk bernilai tinggi yang pada akhirnya dapat menyejahterakan para petani.

Namun sehebat apapun karya ataupun penelitian yang disosialisasikan, eksekusi dari masyarakat akan menjadi suatu yang sangat bermakna. Respon masyarakat dalam menanggapi produk keilmuan akan memberikan dampak yang sedikit banyak dirasakan generasi demi generasi. Dr. Robert Manurung (Ketua KK Agroteknologi dan Teknologi Bioproduk) menekankan betapa pentingnya kemauan petani dalam keberjalanan sistem produksi tersebut untuk belajar dan bekerja demi meningkatkan kesejahteraan pedesaannya. Robert melihat potensi yang sangat besar di Indonesia, terutama sumber daya biomassanya yang melimpah, sehingga perlu dilakukan sesuatu untuk mengolahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat.

"Kegiatan sosialisasi ini sangat baik untuk membuka wawasan dan peluang usaha masyarakat desa. Semoga pengetahuan melalui sosialisasi yang diberikan menjadi motivasi warga untuk terus berkembang dalam inovasi pengolahan sumberdaya hayati yang dekat dengan kehidupan mereka," tutup Ayip (Rekayasa Hayati 2011).


scan for download