Pidato Rektor pada Wisuda Oktober 2022

PIDATO REKTOR ITB
WISUDA PERTAMA ITB TAHUN AKADEMIK 2022/2023
“DUTA BUDAYA ILMIAH”

Yang saya hormati,
Pimpinan dan Anggota Majelis Wali Amanat,
Pimpinan dan Anggota Senat Akademik,
Pimpinan dan Anggota Forum Guru Besar,
Segenap Dosen dan Tenaga Kependidikan,
Para Wisudawan

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua.

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT dan disertai rasa bangga, saya sampaikan selamat kepada seluruh wisudawan Program Doktor, Program Magister, serta Program Sarjana dalam Sidang Terbuka Wisuda Pertama Institut Teknologi Bandung Tahun Akademik 2022/2023. Pada hari ini, Saudara mendapatkan sebuah gelar baru dari ITB, sebagai bentuk pengakuan terhadap kompetensi yang telah berhasil Saudara raih. Dengan menyandang gelar yang baru tersebut, Saudara kini mengemban tanggung jawab baru yang lebih tinggi daripada sebelumnya, untuk bisa berkiprah dan memberikan sumbangsih kepada masyarakat dan bangsa Indonesia.

Saya percaya bahwa menjalani dan menyelesaikan studi akademik dalam situasi krisis karena pandemi Covid-19 menimbulkan tantangan tersendiri. Tantangan yang tidak mudah untuk dihadapi. Namun dengan kerja keras, ketabahan dan kesabaran Saudara, serta dukungan moral dan doa dari segenap keluarga dan kerabat, Saudara telah berhasil menghadapi tantangan tersebut. Untuk itu, mari kita sama-sama panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas perlindungan, serta limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.

Pada hari ini, setelah dua tahun lebih kita semua melaksanakan kegiatan Tridarma dengan berbagai pembatasan sosial, kondisi pandemi Covid-19 kini sudah semakin bisa dikendalikan. Kondisi yang membaik tersebut tidak terlepas dari Program Vaksinasi Nasional yang telah gencar diimplementasikan oleh pemerintah sejak awal 2021, serta kepatuhan kita semua dalam pelaksanaan protokol kesehatan. Membaiknya kondisi tersebut telah membuka kesempatan bagi kita untuk mulai ‘Kembali ke Kampus’ dan melaksanakan berbagai kegiatan secara tatap muka atau luring (offline). Meskipun demikian, kita tetap perlu bersikap waspada dan berhati-hati. Berbagai kegiatan tatap muka/luring perlu dilaksanakan dengan tetap menjaga kepatuhan terhadap protokol kesehatan serta menjalankan Adaptasi Kebiasaan Baru.

Para wisudawan yang saya banggakan,
Bapak/Ibu hadirin yang saya hormati,

Izinkan saya menyampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan tantangan kita bersama dalam menuju ke masa depan. Kalau kita tengok sejarah peradaban manusia, kita akan dapati bahwa kehidupan masyarakat dicirikan dengan terus meningkatnya hubungan-hubungan antarbangsa. Sejak zaman dahulu, perdagangan dan kebudayaan menjadi faktor penting yang memicu dan mendorong perkembangan hubungan-hubungan antar-bangsa. Pertukaran-pertukaran kebudayaan dan ilmu pengetahuan antara dua bangsa terjadi, seiring dengan meluasnya hubungan perdagangan antara kedua bangsa itu. Bangsa Indonesia pun telah menjalin hubungan-hubungan antarbangsa sejak lebih dari seribu tahun yang lalu, mulai dengan bangsa India, Tiongkok, Arab dan Persia, bangsa-bangsa Eropa, serta dengan berbagai bangsa lainnya.

Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa tampaknya tidak terlepas dari hubungan-hubungan antar-bangsa. Misalnya saja, perkembangan sains, teknologidan ekonomi modern di era Renaissance dan Revolusi Industri tidak terlepas dari adanya hubungan-hubungan antara bangsa-bangsa Eropa dan bangsa-bangsa lain seperti Arab, Tiongkok, dan India. Di era Renaissance, hubungan-hubungan antarbangsa tersebut menjadi sumber bagi kemajuan di bidang astronomi, mekanika, matematika, seni dan arsitektur, ilmu kesehatan, sosiologi, dan lainnya. Berbagai pengetahuan tentang produksi dan perdagangan juga berkembang lewat praktik perdagangan antarbangsa.

Pada hari ini, pola dan bentuk hubungan antar-bangsa sudah menjadi semakin kompleks dan intensif. Kemajuan-kemajuan di bidang energi, transportasi, dan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memacu hubungan-hubungan perdagangan dan pertukaran kebudayaan secara multibangsa dan berskala global. Kemudian, perkembangan internet, smart phones, serta Big Data/AI telah mendorong kehadiran berbagai digital platforms yang memungkinkan perluasan konektivitas dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan adanya digital platforms, suatu peristiwa/aktivitas di suatu tempat di dunia dapat dengan cepat terhubungkan dengan berbagai peristiwa/aktivitas di tempat-tempat lain. 

Semuanya dapat kita simpan dan olah sebagai informasi, sehingga memungkinkan kita melakukan berbagai analisis, keputusan, ataupun memperoleh pengalaman-pengalaman yang baru. Apa yang disebut sebagai dunia virtual sebenarnya bukan dunia yang terpisah dari dunia nyata. Melainkan, itu merupakan sebuah media yang dengannya kita dapat memperluas konektivitas dengan berbagai peristiwa/aktivitas secara lintas ruang dan waktu. Perluasan kontektivitas tersebut, atau ada yang menyebutnya hyperconnectivity, pada gilirannya menimbulkan peluang-peluang baru di bidang ekonomi/perdagangan, pembelajaran dan inovasi, sosial-budaya, dan juga politik. Peluang-peluang baru tersebut dapat digunakan untuk menimbulkan manfaat luas, seperti inovasi-inovasi yang dipicu oleh pertukaran-pertukaran gagasan melalui digital platforms. Tapi tidak jarang peluang-peluang tersebut digunakan untuk tujuan yang menyimpang, seperti penyebaran hoax dan hate speech yang berpotensi memicu konflik sosial-politik.

Meskipun masyarakat dunia sudah semakin hyperconnected, ini bukan berarti dunia sudah semakin borderless. Di masa-masa krisis, seperti krisis ekonomi, atau krisis akibat pandemi, kita tahu bahwa kesatuan/persatuan sebuah bangsa serta solidaritas kebangsaan menjadi faktor krusial dalam langkah-langkah mitigasi terhadap kiris, ataupun pemulihan-pemulihan pasca-krisis. Selain ini, kesatuan dan persatuan bangsa juga merupakan faktor penting untuk mewujudkan pembangunan yang inklusif, berkeadilan dan berkelanjutan.

Pembahasan di atas membawa kita pada sebuah gambaran, bahwa masyarakat dunia kini semakin dicirikan dengan connectivity, atau hyperconnectivity, tapi pada saat yang sama menghadapi tantangan untuk membangun dan memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa. Di satu sisi, ini adalah tantangan untuk mewujudkan Unity in Diversity atau Bhinneka Tunggal Ika. Di sisi lain ini tantangan untuk menjaga Unity within Connectivity, yaitu kesatuan bangsa dalam hubungan-hubungan yang meluas dengan berbagai elemen dari masyarakat dunia. Kesatuan dan persatuan kita sebagai sebuah bangsa menjadi fondasi untuk terus memperluas konektivitas dengan berbagai elemen dari masyarakat dunia. Hal ini tentunya bukan sebatas digital connectivity. Melainkan mencakup intellectual, cultural, dan socio-economic connectivity.

Saya percaya bahwa Saudara, para sarjana lulusan Institut Teknologi Bandung, dapat mengambil peranan yang berarti dan penting dalam menjawab tantangan-tantangan tersebut di atas. Saudara dapat menjadi mitra kolaborasi bagi berbagai pihak mulai dari para praktisi, budayawan, pelaku industri, politisi, pelaku pemerintahan serta elemen-elemen masyarakat lainnya, untuk bersama-sama menjawab tantangan-tantangan ke depan, demi kemajuan bangsa dan keberlanjutan masyarakat dunia.

Para wisudawan yang saya cintai,
Bapak/Ibu yang saya hormati,

ITB melalui Kantor Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi (WRRI) telah menyelesaikan dokumen tentang Penguatan Budaya Ilmiah Unggul (BIU) ITB. Dalam dokumen tersebut ditekankan pentingnya penelitian (research) dalam sebuah budaya ilmiah yang unggul. Pertimbangannya, antara lain: i) penelitian dan budaya ilmiah merupakan karakteristik yang esensial dari perguruan tinggi sebagai institusi pengetahuan (knowledge institution), yang pada gilirannya menentukan kapasitas, kapabilitas, dan fungsi perguruan tinggi; ii) penelitian merupakan “darah hidup intelektual” (intellectual life blood) yang menentukan kemajuan dan pemutakhiran pengetahuan, serta menjadi fondasi bagi inovasi, yang mendukung penciptaan nilai tambah di masyarakat.

Budaya ilmiah juga penting untuk mewujudkan knowledge society. Dalam suatu masyarakat yang memiliki budaya ilmiah, kegiatan penelitian/pembelajaran bukan hanya penting bagi individu-individu, melainkan juga bagi keseluruhan masyarakat tersebut. Seluruh anggota masyarakat terlibat dalam berbagai bentuk interaksi, dalam kerangka upaya untuk mendorong, menjalankan, dan menyukseskan kegiatan-kegiatan penelitian/pembelajaran. Seiring dengan hal ini, kejujuran, keterbukaan, kesetaraan, kemajuan serta keunggulan akan menjadi nilai-nilai yang semakin dijunjung tinggi. Saya percaya bahwa transformasi digital perlu diiringi dengan upaya penguatan budaya ilmiah mulai dari perguruan-perguruan tinggi, hingga ke berbagai elemen di masyarakat. Dengan budaya ilmiah, maka masyarakat akan memiliki kemampuan untuk menggali peluang-peluang yang ditimbulkan melalui digital connectivity.

Sebagai penutup, sekali lagi saya ucapkan selamat atas keberhasilan seluruh wisudawan. Izinkan saya untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada para orang tua Saudara yang telah memercayakan putra-putrinya kepada kami guna menempuh pendidikan di ITB. Saya berharap Saudara dapat terus berkarya, menjaga dan menyebarluaskan budaya ilmiah—sebagai ‘duta budaya ilmiah ITB’, dan senantiasa meningkatkan semangat kepemimpinan serta memperkuat solidaritas demi memberikan sumbangsih yang nyata bagi bangsa dan negara Indonesia. Prestasi Saudara adalah prestasi ITB, prestasi ITB adalah prestasi Saudara—in harmonia progressio.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia kepada kita dan seluruh bangsa Indonesia, sehingga kita dapat secara bersama-sama mewujudkan pemulihan ekonomi, dan meraih kehidupan bersama yang lebih baik. Aamiin.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bandung, 22 Oktober 2022
Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D.
Rektor