Pidato Rektor pada Dies Natalis ke-62 Institut Teknologi Bandung

“Kebersamaan dalam Pemulihan Ekonomi”

Yang saya hormati,
Pimpinan dan Anggota Majelis Wali Amanat,
Pimpinan dan Anggota Senat Akademik,
Pimpinan dan Anggota Forum Guru Besar,
Para Tamu Kehormatan, para Pimpinan Daerah, dan para Sesepuh ITB,
Para Pimpinan Media Massa,
Segenap Dosen dan Tenaga Kependidikan,
Para Mahasiswa,
Para Tamu Undangan,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam Sejahtera


Pada hari ini, perjalanan Institut Teknologi Bandung (ITB) telah memasuki tahun yang ke-62. Untuk ini, mari kita bersama-sama memanjatkan puji dan syukur ke Hadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Karunia dan Hidayah-Nya, sehingga ITB dapat terus-menerus mengembangkan diri, dan memperluas kiprahnya bagi kemajuan bangsa dan negara, serta bagi kemaslahatan masyarakat dunia. Mari kita sampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada para pendiri ITB yang telah meletakkan fondasi budaya ilmiah bagi ITB, dan mengawal perkembangan ITB dari waktu-ke-waktu dengan segala tantangan yang dihadapinya.
ITB lahir, tumbuh dan berkembang, melalui perjuangan segenap putra dan putri terbaik bangsa Indonesia dari beraneka ragam daerah dan suku, dari segenap penjuru Nusantara. ITB lahir dalam kebhinnekaan, serta tumbuh dan berkembang dalam kebhinnekaan. Dalam kebhinnekaan tersebut, putra dan putri terbaik bangsa menjalin persatuan untuk mewujudkan sebuah tujuan bersama, yaitu: memajukan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui penguasaan, pemajuan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, serta ilmu-ilmu sosial dan humaniora.


Dari satu episode ke episode berikutnya, sivitas akademika ITB telah meraih berbagai kemajuan dan prestasi dalam bidang-bidang Tri Dharma Perguruan Tinggi, baik pada tingkat daerah, nasional, maupun internasional. Begitu pula, segenap alumni ITB, sebagai bagian dari keluarga besar ITB, telah menunjukkan pengabdian dan sumbangsihnya terhadap bangsa dan negara, melalui kiprah mereka di berbagai lembaga dan organisasi. Telah banyak karya-cipta ITB, baik oleh para insan akademik ITB maupun oleh para alumni ITB yang telah mendapatkan pengakuan, dan disegani, di kancah internasional. Ini semua memperlihatkan bahwa sosok ITB lebih besar dan lebih bermakna daripada sebatas sebuah kampus. ITB adalah sebuah tradisi keilmuan, kecendekiaan, dan kejuangan, yang merupakan manifestasi dari kebhinnekaan bangsa Indonesia.


Para hadirin yang saya hormati,


Hari ini, lebih dari satu tahun kita telah menjalani masa yang penuh ketidakpastian dan tantangan, karena pandemi COVID-19. Dalam dokumen “Platform for Shaping the Future of the New Economy and Society” yang diterbitkan oleh World Economic Forum, menjelang pergantian tahun 2020/2021 tercatat bahwa kasus terkonfirmasi COVID-19 telah melampaui 77 juta, dengan lebih dari 1,67 kematian yang terkait dengan COVID-19. Angka-angka ini menggambarkan signifikansi dari krisis kesehatan dunia yang ditimbulkan oleh pandemi tersebut.


Selain krisis kesehatan, pandemi COVID-19 juga menimbulkan krisis ekonomi dunia. Langkah-langkah pembatasan sosial yang ditempuh oleh berbagai negara untuk mengendalikan penyebaran COVID-19 telah menimbulkan kontraksi ekonomi di berbagai negara. Kontraksi ekonomi itu bermula pada penurunan market demand sebagai akibat pembatasan berbagai kegiatan sosial. Banyak perusahaan, baik yang berskala besar, menengah maupun kecil yang kemudian mengalami over-supply, dan berdampak pada kesulitan-kesulitan finansial. Sebagai konsekuensi yang lebih jauh, banyak tenaga kerja kehilangan pekerjaan, sehingga angka pengangguran dan kemiskinan pun meningkat. Pada gilirannya, ini semua telah menimbulkan berbagai dampak sosial.


Saat ini kita di Indonesia, dan juga seluruh masyarakat dunia, tengah memasuki fase vaksinasi. Di akhir tahun 2020, sejumlah vaksin COVID-19 telah memperoleh persetujuan untuk diproduksi, dan di awal 2021 telah mulai didistribusikan. Meski demikian, pasokan vaksin masih sangat terbatas, sehingga membuat distribusi vaksin belum bisa menyeluruh dan merata. Ketidakmerataan ini bukan hanya terjadi dalam sebuah negara, melainkan juga lintas-negara. Keterbatasan pasokan dan ketidakmerataan vaksin ini tentunya akan membawa konsekuensi-konsekuensi dalam proses pemulihan ekonomi. Meski demikian kita semua tentu berharap bahwa dengan vaksinasi tersebut, penyebaran COVID-19 secara bertahap dapat kita kendalikan ke tingkat yang minimal.


Dalam sebuah pesan video yang disampaikan pada The Global Vaccine Summit, Sekjen PBB António Guterres menegaskan, “We need global solidarity to ensure that every person, everywhere, has access”. Guterres menekankan bahwa ketika vaksin COVID-19 telah tersedia, “…it reaches everyone.” Pesan Sekjen PBB tersebut menggarisbawahi sebuah kata kunci berkaitan dengan masa pasca pandemi, yaitu: solidaritas.


Para hadirin yang saya hormati,


Perkenankan saya pada kesempatan yang berharga ini, untuk menyampaikan hal-hal yang diperkirakan akan menjadi tantangan kita bersama di masa pasca pandemi.


Dengan terselenggarakannya vaksinasi, secara bertahap kekebalan masyarakat akan meningkat, dan krisis kesehatan akan berkurang, atau berakhir. Hal ini akan menimbulkan kepercayaan diri pada kita untuk memulai kembali kegiatan-kegiatan yang melibatkan interaksi face-to face. Mobilitas sosial secara bertahap akan mengalami peningkatan. Dan ini semua akan menimbulkan demand atas berbagai barang dan jasa. Tumbuhnya kembali market demand tersebut merupakan sebuah faktor kunci bagi pemulihan ekonomi. Meski demikian, tumbuhnya kembali demand tidak lantas begitu saja akan menimbulkan pemulihan ekonomi secara cepat.


Berbagai perusahaan yang mengalami kesulitan finansial sebagai imbas dari pandemi, membutuhkan waktu untuk bisa melakukan pemulihan kegiatan usaha. Kecepatan pemulihan usaha ini akan berbeda-beda antara satu perusahaan dengan yang lain, antara satu sektor ekonomi dengan sektor yang lain. Ini semua juga dipengaruhi oleh kecepatan dan kemerataan proses vaksinasi. Artinya, ke depan masa pemulihan ekonomi akan kita jalani dengan disertai ketidakpastian dan tantangan-tantangan.


Jika mengacu pada dokumen yang diterbitkan World Economic Forum tersebut sebelumnya, ada beberapa catatan berkenaan dengan masa pemulihan ekonomi. Pertama, sebagai akibat dari kerusakan-kerusakan yang terjadi di masa pandemi, belum tentu seluruh sektor ekonomi akan dapat dipulihkan secara sepenuhnya, dan kembali seperti di masa pra pandemi. Kedua, pengalaman kita menjalani pandemi telah menjadi sumber inspirasi baru, yang pada gilirannya akan menimbulkan demand akan barang/jasa yang baru. Ketiga, di masa pra pandemi tidak semua kondisi ideal. Banyak permasalahan ekonomi, sosial lingkungan yang ada di masa pra pandemi, yang akan tetap menjadi permasalahan di masa pasca pandemi. Dengan perkataan lain, proses pemulihan ekonomi akan disertai dengan munculnya harapan-harapan akan kondisi yang baru, ataupun perbaikan-perbaikan atas kondisi di masa pra pandemi.


Sebagai contoh, dulu kita memiliki pengalaman yang terbatas berkenaan dengan digital learning dan remote working. Di masa pandemi kita melakukan digital learning dan remote working secara sangat intensif, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Meskipun di masa pasca pandemi sebagian besar kegiatan akan kembali ke pola interaksi face-to-face atau off-line, tetapi terbuka kemungkinan akan adanya eksplorasi baru dalam pemanfaatan teknologi digital. Masa pandemi ini memberikan inspirasi untuk melakukan eksplorasi tentang peluang-peluang pemanfaatan teknologi digital secara lebih inklusif, dan lebih memperhatikan aspek resiliensi.


Masa pandemi ini juga telah menunjukkan bahwa sektor UMKM, khususnya usaha kecil dan mikro, tidak cukup memiliki ketahanan, dan tidak cukup mampu menciptakan nilai tambah. Hal ini akan menjadi pemicu bagi kita untuk semakin memperhatikan peningkatan ketahanan, dan kemampuan inovasi dari UMKM. Kondisi perdagangan global di masa pra pandemi, membuat peluang kita untuk melakukan pengembangan produk dalam negeri menjadi terbatas. Kondisi demfikian diperkirakan akan mengalami perubahan ke arah deglobalisasi perdagangan. Perubahan kondisi ini membuka peluang bagi kita untuk mendorong produksi dalam negeri, baik untuk kebutuhan pasar domestik maupun ekspor, melalui kerja sama perdagangan bilateral/multilateral. Hal-hal ini semua membuka peluang baru, dan sekaligus memberikan tantangan bagi kita di masa pemulihan ekonomi nasional.


Para hadirin yang saya hormati,


Dalam penyelenggaraan kegiatan Tri Dharma di masa pandemi, ITB mendahulukan prinsip safety first, untuk memberikan perlindungan terhadap seluruh sivitas akademika dan tenaga kependidikan ITB. Tentu hal ini akan menimbulkan konsekuensi pada penurunan kinerja, meski ITB telah berupaya secara maksimal agar penurunan kinerja itu tidak signifikan. Saya percaya bahwa segala kekurangan yang terjadi selama masa pandemi, akan bisa kita pulihkan kondisinya, atau kita buat lebih baik, di masa pasca pandemi. Syaratnya adalah kondisi kita masih tetap sehat.


Sejak awal tahun 2021 Pemerintah Indonesia telah menggulirkan program vaksinasi nasional. Berkaitan dengan hal ini, ITB telah berpartisipasi dalam program Gebyar Vaksinasi yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Daerah. ITB berkomitmen untuk turut menyukseskan program nasional tersebut.


Program penelitian dan pengabdian masyarakat ITB untuk tahun 2021, dan mungkin juga beberapa tahun ke depan, akan memberikan perhatian pada kegiatan-kegiatan yang mendukung program pemulihan ekonomi nasional. Kita tidak tahu persis, strategi pemulihan ekonomi seperti apa yang paling tepat. Kita perlu pendekatan learning by doing dan learning by experimentation. Secara umum ada beberapa bidang yang dapat menjadi prioritas perhatian kita. Yang pertama adalah eksplorasi pemanfaatan teknologi digital untuk mendukung pemulihan sektor UMKM. Yang kedua adalah bidang kesehatan, pangan dan energi baru/terbarukan. Yang ketiga adalah peningkatan kemampuan inovasi dan penciptaan nilai tambah sektor UMKM, untuk tujuan peningkatan produksi dalam negeri.


Selain ini, kita perlu menjaga serta meningkatkan komunikasi dan koordinasi dengan berbagai pihak secara lebih dekat dan kontinu, sehingga bisa memberikan respons secara lebih cepat dan tepat. Beberapa kata kunci di masa pemulihan ekonomi nasional adalah: inovasi, resiliensi, solidaritas, dan engagement.


Sebagai penutup, perkenankan saya mengajak seluruh kolega dosen, tenaga kependidikan, serta para mahasiswa, untuk secara bersama-sama menyongsong masa pemulihan ekonomi nasional dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, meningkatkan optimisme, kreatifitas dan produktifitas, serta menjaga solidaritas demi kemajuan ITB dan bangsa Indonesia.


In Harmonia Progressio
ilmu pengetahuan dan teknologi,
untuk daya saing generasi penerus pembangunan bangsa


Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Bandung, 2 Maret 2021


Rektor ITB
Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D.