Taman Hotspot Comlabs
Hari mulai gelap, Kumandang azan maghrib hampir tiba (12/11). Ibnu (IF’06) masih asik dengan laptopnya. “Saya kesini 2-3 kali seminggu, sekali ngenet paling 1 jam”, ujar Ibnu. Dimeja yang lain, Corry (TI’06) tampak serius mengerjakan tugas bersama rekannya.
Ibnu maupun Cory mengaku belum tau jika area hotspot yang sekarang mereka tempati akan dipindahkan. Cory berharap, area hotspot yang baru bisa menyediakan colokan listrik yang lebih banyak. Sedangkan Ibnu mengusulkan supaya sekalian dibangun kafe.
Taman Hotspot
Ketika dikonfirmasi, Manajer Umum Comlabs Iyan Sofyan membenarkan adanya upaya penataan kembali area hotspot karena sudah terlalu padat, sehingga perlu dibangun lokasi baru dengan daya tampung lebih besar.
Perkembangan pemakai hotspot dalam dua tahun terakhir meningkat tajam. Iyan sendiri tidak menduga kebutuhan akses internet berbasis teknologi wireless fidelity ini akan sepesat sekarang.
Menurut Alumni Elektro ’95 ini, Kampus Ganesha mulai merintis hotspot sejak 2003 di sekitar Plaza Widya, namun sepi peminat. Tahun 2005, bermodal dua meja senilai Rp 1,5 juta, Comlabs menyusul mengenalkan layanan serupa. Hasilnya, jika ujicoba di Plaza Widya kurang berhasil, program ComLabs sukses besar!
Parameter sukses terukur dari jumlah pengguna. Jika pada tahun 2005 hanya satu dua mahasiswa pemakai fasilitas hotspot, kini dalam satu hari mencapai 200 orang! Dua tahun lalu pengguna AI3 ‘hanya’ ratusan, kini menembus jumlah 2000-2500 mahasiswa dengan traffic register rata-rata 200 account sebulan!
Fakta ini membuat Comlabs terus berupaya meningkatkan layanan. Dari segi teknis, Comlabs menambah jumlah IP dari 30 menjadi 60 IP. Meningkatkan proses pengaktifan account AI3 hingga semudah isi pulsa.
Namun, Iyan berpendapat kunci sukses Comlabs menjadi tempat favorit pengguna hotspot bukan semata soal teknis. Comlabs punya ‘service’ yang membuat mahasiswa berbondong-bondong menikmati area hotspot yang disediakan. Bumbu service yang dimaksud misalnya layanan konsultasi IT, fasilitas mushola, toilet, maupun energi listrik yang bisa dinikmati mahasiswa tanpa perlu mengeluarkan biaya alias gratis!
Disamping keunggulan internal Comlabs, perkembangan pesat pemakai hotspot tidak lepas dari pergeseran paradigma dikalangan mahasiswa sendiri. Dua tahun lalu mahasiswa enggan membawa laptop karena malu disangka gaya-gayaan. Kini, seiring banyaknya pengguna laptop, paradigma ini terkikis habis.
Menurut Iyan, maraknya pengguna laptop dikalangan mahasiswa disebabkan dua faktor. Pertama, konsekuensi perubahan status ITB menjadi BHMN membawa dampak kian terdongkraknya populasi mahasiswa berlabel ‘sejahtera’. Kedua, harga laptop yang kompetitif mendorong semakin banyak mahasiswa berpaling dari PC.
Lebih jauh, pria yang berkiprah di Unit Sumber Daya Informasi (USDI ITB) ini bertutur bahwa penyediaan fasilitas hotspot sudah sewajarnya dilakukan seiring pergeseran kebutuhan mahasiswa. Dirinya mencontohkan kampus UPH dan UBinus telah lebih dulu mengembangkan fasilitas hotspot bagi mahasiswa. “Dibanding mereka, ITB terlihat gaptek”, ujar Iyan.
Menurut Iyan pembangunan area hotspot menjadi alternatif yang feasible ketika opsi pembangunan laboratorium komputer bisa sangat mahal karena keterbatasan ruangan. Benefit lain yang diperoleh dengan pembangunan akses internet via wi-fi adalah ITB tidak perlu menyediakan tools, cukup jaringannya. sehingga hemat budget. Laptop mengkonsumsi listrik kurang dari 70 watt, lebih hemat energi dibanding PC.
Berawal dari premis tersebut ide pembangunan taman hotspot muncul. Konsepnya sederhana, mengakses internet di taman! Iyan menjamin konsep taman hotspot tidak akan merusak ruang terbuka hijau karena justru jenis tanaman akan ditambah. Taman yang direncanakan mampu menampung sekaligus 60 user ini akan dilengkapi tenda sebagai pelindung dari hujan.
Iyan optimis fasilitas ini mampu melayani 3000-3500 mahasiswa pengguna laptop untuk mengerjakan tugas, mencari literatur, email, dan aktivitas lain yang positif.
Untuk menikmati taman hotspot mahasiswa hanya perlu account AI3. Pembangunan taman hotspot bagi ITB akan menjadi bukti bahwa ITB mampu memberikan standar pelayanan yang lebih baik. Bagi Comlabs, dengan menyediakan tempat yang bersih, nyaman serta terintegrasi dengan fasilitas pendukung yang representatif akan menjadi benchmark Comlabs selaku lembaga penyedia layanan IT di ITB.
“Kita sediakan tempat yang bersih, tujuannya untuk membuat customer merasa nyaman. Customer ITB, ya…mahasiswa. Disebut customer supaya kita terdorong memberikan layanan yang baik. seperti kalau pergi ke bank, kita dapat senyum. Bedanya customer yang satu ini tidak bayar, Comlabs tidak mendapat keuntungan apa-apa”, ujar Iyan sambil tertawa kecil
scan for download