SITH Kenalkan Program Studi Melalui Workshop Tematik

Oleh Adi Permana

Editor -


BANDUNG, itb.ac.id--Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB) selenggarakan workshop tematik untuk mengenalkan program studi di SITH. Judul workshop tersebut, salah satunya ialah "Do Fruit Breath?". Workshop tersebut diselenggarakan berbarengan dengan acara Open House SITH ITB pada Desember 2022 lalu. Topik workshop tersebut merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Program Studi Teknologi Pascapanen.

Rijanti Rahayu Maulani. Ir., M. Si. Dr., selaku Ketua Program Studi Teknologi Pasca Panen membuka workshop tersebut. Ia mengatakan, “Hari ini kami menampilkan satu hal basic yang dipelajari di Prodi. Walaupun teknologi, kita tidak bisa terlepas dari sains. Teknologi dapat meningkatkan nilai tambah produk dan mengurangi kehilangan pascapanen. Kehilangan pascapanen 20% hingga 40% disebabkan oleh kerusakan fisik dan busuk. Maka kita perlu meningkatkan umur simpan dari produk”.

Teknologi Pasca Panen berbeda dengan Teknik Pangan di FTI ITB. Teknik Pangan berfokus pada pengolahan, sedangkan Teknologi Pasca Panen berfokus pada penanganan produk segar. Saat sampai ke konsumen, produk harus memiliki kualitas yang bagus. Penanganan produk dapat berupa produk kehutanan, pertanian, maupun perikanan. Selain itu, produk yang dikelolah harus masih hidup dengan ciri melakukan aktivitas seperti respirasi.

Buah yang sudah dipetik juga melakukan respirasi dengan bahan yang ada di dirinya. Salah satu cara agar menjaga produk seperti buah dengan menekan laju respirasi. “Buah-buahan yang sudah dipetik melakukan respirasi yang berarti masih hidup. Terdapat dua macam respirasi, yaitu klimaterik dan nonklimaterik. Untuk mengetahui lajur respirasi buah dapat menggunakan alat bernama respiration chamber," ujar Rijanti.

Ia menerangkan, buah klimaterik memiliki ciri lonjakkan di grafik laju respirasi, memiliki etilen tinggi, rentan pada faktor luar suhu, serta kerusakan mekanis. Buah non-klimaterik memiliki ciri tidak terjadi lonjakan di grafik laju respirasi, tidak sensitif terhadap faktor luar seperti suhu, dan melakukan pematangan di pohon.

Fungsi dari ilmu buah klimaterik adalah menjaga kualitas produk. Menurut Rijanti, “Karena kalau sudah tahu kadar, kita bisa mencari solusi untuk menunda proses pematangan. Saat respirasi tinggi, buah cepat matang. Selain itu, bisa mencegah kerusakan fisik juga. Tugas akhir kami mengenai packaging dengan edible coating pelepah pisang. Diharapkan dengan packaging dapat memudahkan transformasi, menurunkan kerusakan pada pisang, dan mencegah pematangan pada pisang.”

SITH ITB juga mendapatkan kesempatan untuk mengenalkan kegiatan yang dilakukan oleh Program Studi Sains, yaitu Biologi dan Mikrobiologi dengan workshop berjudul “Cloning our gene, can you?”.


Workshop dibuat dengan sangat menarik karena menggunakan persamaan nama SITH dengan tokoh pop culture di Star Wars. Intan Taufik, S.Si., M.Si., Ph.D. selaku Ketua Program Studi Mikrobiologi membuka workshop dengan narasi pencarian gen terbaik agar dapat diperbanyak sesuai dengan tema workshop, yaitu another space trip to find gene.

Gen adalah cetak biru dari makhluk hidup. Jika mengetahui urutan gen maka manusia dapat mengetahui rahasia makhluk hidup serta mengoptimalkan informasi untuk membuat gen sesuai harapan. Cara untuk mengetahui urutan gen adalah menggunakan PCR.

Tahapan untuk cloning gen yang dijelaskan oleh Intan Taufik di dalam workshop ada dua. Akan tetapi, tahapan paling awal adalah melakukan isolasi DNA dari sampel yang diuji seperti pada workshop adalah sampel di setiap planet. Sampel dapat diambil dari organ atau cairan apa pun selama terdapat DNA seperti darah.

Tahapan selanjutnya adalah PCR yang merupakan reaksi siklus untuk perbanyakan DNA. Selain DNA yang sudah diisolasi, bahan-bahan yang dibutuhkan adalah primer, nukleotida, dan taq polimerase. Primer yang berbentuk untaian memiliki peran untuk mengenali DNA dari ujung depan serta ujung belakang, nukleotida memiliki peran untuk bahan memperbanyak DNA, taq polimerase berperan sebagai mesin fotocopy untuk molekuler.

Alat yang digunakan selama workshop adalah Mini PCR yang bisa dibawa ke lapangan dengan pengontrolan menggunakan smartphone. Prinsip kerja dari PCR menggunakan pengaturan pada suhu yang dapat naik atau turun sesuai suhu yang sesuai untuk setiap tahapan. Suhu berperan dalam proses pelekatan primer dengan DNA, peran enzim untuk memperbanyak DNA, dan untuk memecah ikatan double helix DNA.

Tahap selanjutnya adalah elektroforesis untuk melihat hasil PCR. Prinsip yang digunakan adalah fisika dengan setiap DNA memiliki muatan listrik sehingga dapat berjalan mengikuti aliran listrik di agar sesuai ukuran. Garis yang terlihat dalam visualisasi hasil elektroforesis merupakan gen dengan gen target berdasarkan pada ukuran dari DNA. Visualisasi menggunakan prinsip kimia dengan senyawa kimia akan menyisip ke dalam DNA lalu berpendar ketika diberikan cahaya.

Peserta juga diberikan kesempatan untuk membantu dalam proses pencarian gen terbaik dari setiap planet. Peserta memilki tugas mencampurkan larutan yang dibutuhkan selama proses PCR dan memasukkan sampel hasil PCR ke dalam sumur di agar untuk proses elektroforesis.

Reporter: Alvina Putri Nabilah (Biologi, 2019)


scan for download