Seminar Hasil Penelitian Dosen SAPPK 2008

Oleh kristiono

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Bertempat di Aula Barat, Kamis (17/4) Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) menyelenggarakan Seminar Hasil Penelitian Dosen SAPPK 2008. Seminar sehari ini dimaksudkan sebagai sarana mendiseminasikan hasil penelitian SAPPK kepada khalayak. Haryo Winarso, PhD peneliti pada Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan Kota (KK-PPK) meneliti fenomena pindahnya penghuni rumah susun. Haryo bersama timnya melakukan investigasi untuk mengetahui tujuan dan alasan pemilik rumah susun memilih pindah serta kondisi rumah dan lokasi baru yang dituju. Dari hasil riset diketahui bahwa perpindahan penghuni Rusun mayoritas karena tingginya biaya hidup, dan harga pasar unit rusun yang tinggi mendorong sebagian keluarga menjual/menyewakan unit yang dimiliki. Penelitian Haryo menunjukkan keluarga yang pindah umumnya mereka yang menghuni unit kecil, bekerja disektor informal dan kesulitan menanggung biaya hidup yang tinggi. Hasil identifikasi 30 responden, perpindahan penghuni rusun tidak jauh, hanya berkisar 2-5 km dari lokasi rusun. Umumnya pemukiman yang dituju adalah daerah kumuh. Haryo menyimpulkan bahwa rumah tangga yang bisa bertahan di rumah susun adalah mereka yang berpendapatan lebih dari Rp 2juta/bulan. Oleh karena itu, perlu sebuah solusi yang memungkinkan penduduk rusun memperoleh pendapatan tambahan (income generating activities) dan pembangunan kapasitas sosial ekonomi (sosial economic capacity building). Di kesempatan yang sama, Iwan Kustiawan MT mempresentasikan hasil penelitian berjudul “Pengukuran Compactness sebagai indicator Keberlanjutan Kota di Wilayah Metropolitan Bandung”. Riset ini dilatarbelakangi oleh kenyataan pesatnya pertumbuhan kota hingga ke daerah pinggiran. Menurut Iwan, Kota yang baik proses metabolismenya seharusnya lebih banyak dalam proses sirkular dan bukan linier. Ukuran kota semakin kompak memungkinkan interaksi sosial yang lebih tinggi. Kota kompak merupakan lawan dari proses urban sprawl. Kota kompak merupakan salah satu bentuk kota yang berkelanjutan. Hanya saja dalam konteks Indonesia terdapat persoalan dalam penerapan konsep ini karena Indonesia belum memiliki landasan empirik yang cukup untuk dipakai. Penelitian Iwan menyimpulkan hanya kota inti Wilayah Metropolitan Bandung yang sudah menunjukkan kekompakan ditandai dengan kepadatan penduduk. Sayangnya, kepadatan ini tidak diimbangi dengan penyediaan infrastruktur. Masih jauhnya perkembangan fisik kawasan terbangun di Wilayah Metropolitan Bandung dari konsep keberlanjutan diindikasikan dengan adanya pembangunan ke kawasan sub-urban dan pinggiran. Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan merupakan salah satu sekolah penerima dana dari program riset ITB. Pada tahun 2007, 10 proposal riset unggulan, 8 proposal riset KK, dan 1 proposal riset internasional dosen SAPPK diterima dan didanai oleh ITB. Melalui seminar ini, SAPPK mengharapkan terjadinya pertukaran informasi antar peneliti, antara peneliti dengan para civitas akademika, serta antara peneliti dengan masyarakat. Dengan demikian, kualitas dan mutu penelitian di tahun selanjutnya menjadi lebih baik.

scan for download