P-P2Par ITB dan Kemenparekraf RI Gelar FGD untuk Pariwisata Berkualitas dan Berkelanjutan Setelah Pandemi

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita

BANDUNG, itb.ac.id - Pusat Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan Institut Teknologi Bandung (P-P2Par ITB) dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf RI) bekerja sama menyelenggarakan diskusi terpumpun bertema “Sustainable Tourism Observatory & Sustainability Report Menuju Pariwisata Berkualitas dan Berkelanjutan di Era Pasca Pandemi”, di Gedung Science and Technopark ITB, Jalan Ganesa 15 E, Kota Bandung, Kamis (29/11/2023).

   

Kepala P-P2Par ITB, Prof. Dr. Ir. Heru Purboyo Hidayat Putro, D.E.A., mengatakan pergerakan wisatawan lokal maupun mancanegara di Indonesia setelah pandemi Covid-19 terus mengalami peningkatan. Dalam pemeringkatan Tourism and Travel Development Index dari World Economic Forum, peringkat pariwisata Indonesia naik dari posisi 44 ke peringkat 32 pada tahun 2021. Peningkatan ini menjadi yang tertinggi dari negara lainnya di dunia. “Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia bergerak secara positif dalam proses pembangunan kepariwisataan,” ujarnya.

Keynote speaker diskusi terpumpun tersebut, Ahli Pariwisata Berkelanjutan dari ITB, Dr. Myra P Gunawan, mengatakan pentingnya penerapan pariwisata berkelanjutan di Indonesia. Namun, hal tersebut harus tetap memperhatikan karakteristik Indonesia sebagai negara kepulauan dan kondisi sosial budaya yang berbeda dengan masyarakat barat.

“Oleh karenanya, standar berkelanjutan dalam konteks Indonesia tidak bisa serta-merta hanya mengacu pada standar yang telah ditetapkan oleh organisasi luar karena sering tidak selaras dengan kondisi yang ada,” ujarnya.

Beliau pun menekankan pentingnya komitmen implementasi sustainability tourism oleh seluruh pemangku kepentingan. Standar pariwisata berkelanjutan tidak akan bermakna jika tidak didukung kebijakan yang masif, terintegrasi, dan berkelanjutan dari pusat hingga ke daerah.

Staf Ahli Menteri Bidang Pembangunan Berkelanjutan Kemenparekraf, Dr. Frans Teguh, M.A., mengatakan, pendirian Monitoring Centre for Sustainable Tourism Observatory (MCSTO) di Indonesia dilakukan sejak tahun 2016. Hal tersebut bekerja sama dengan lembaga pendidikan tinggi. MCSTO adalah salah satu inisiatif yang dikembangkan United Nation World Tourism Organization (UNWTO) untuk mempromosikan pariwisata berkelanjutan dan mengumpulkan data serta informasi tentang dampak pariwisata terhadap berbagai tujuan berkelanjutan, seperti tata kelola, ekonomi, lingkungan, dan sosial budaya.

   

Awalnya, berdiri tiga MCSTO, yaitu MCSTO ITB dengan lokasi monitoring Pangandaran, UGM dengan lokasi monitoring Sleman dan sekitarnya, dan UNRAM dengan lokasi monitoring Lombok dan sekitarnya. Pada tahun 2017, MCSTO bertambah dua, yaitu MCSTO USU dengan lokasi monitoring Danau Toba dan sekitarnya serta UDAYANA dengan lokasi monitoring Sanur dan sekitarnya. Kelima MCSTO tersebut telah terdaftar dalam UNWTO International Network of Sustainable Tourism Observatories (INSTO) Indonesia.

Adapun kelima MCSTO di Indonesia diharapkan dapat mempromosikan praktik pariwisata berkelanjutan; memberikan data yang lebih baik kepada pemangku kepentingan di sektor pariwisata, termasuk pemerintah, bisnis, dan masyarakat setempat; dan memberikan data pengambilan keputusan yang lebih baik dalam pengelolaan pariwisata.

Di sisi lain, Kemenparekraf RI mendorong pendirian Wonderful Indonesia of Sustainable Tourism Observatories (WINSTO) untuk memperkuat dan melengkapi keberadaan MCSTO. WINSTO merupakan jaringan nasional dari Observatorium Pariwisata Berkelanjutan yang dilaksanakan oleh pusat-pusat pemantauan (perguruan tinggi) dan dikoordinasikan di bawah Kemenparekraf dan ISTC (Dewan Kepariwisataan Berkelanjutan Indonesia). Hingga tahun 2019, jaringan tersebut terdiri atas 12 Observatorium Pariwisata Berkelanjutan dengan lokasi monitoring yang tersebar di seluruh Indonesia.

Sementara itu, pelaku pariwisata sekaligus CEO dan Founder Wise Steps Consulting, Mochamad Nalendra, S.E., MISTM., mengatakan bahwa pariwisata merupakan sektor yang berdampak positif terhadap banyak aktor, khususnya pelaku usaha pariwisata yang berperan penting dalam rantai pasok di industri pariwisata. Namun, terdapat pula dampak negatif yang mesti diminimalisasi. Dua hal tersebut harus dikelola dengan baik sehingga perkembangannya dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran, Tonton Guntari, S.H., mengatakan, Pangandaran yang merupakan salah satu lokasi pariwisata akan mengembangkan wisata dengan memperluas akses dan penataan berkelanjutan. Adapun pembangunan akan tetap menjaga kawasan dan alam sekitar.

Ketua MCSTO ITB, Ir. Budi Faisal, M.A.UD, MLA., Ph.D., menyampaikan hasil pengamatan lapangan di Pangandaran. Ada beberapa isu utama yang diidentifikasi. Pertama, isu lingkungan terkait limbah sampah padat dan cair dari industri pariwisata, wisatawan, dan rumah tangga; kedua, terkait budaya, konservasi, dan kajian aset budaya tangible dan intangible yang masih rendah, baik oleh pemda maupun lembaga masyarakat; Ketiga, isu terkait dengan SDM. Pelibatan aktif masyarakat dalam pengelolaan destinasi dinilai belum maksimal.

Di sisi lain, terdapat sejumlah fakta menarik dari proses pembangunan pariwisata di Pangandaran. Di antaranya peran masyarakat melalui volunteer tourism yang berkembang secara alamiah. Mereka menjadi salah satu penggerak pembangunan pariwisata Pangandaran. Sementara itu, pariwisata yang masif menimbulkan dampak ekologis yang hingga kini masih luput dari penanganan, salah satunya pengelolan sampah sisa wisatawan yang akhirnya dikonsumsi hewan di kawasan tersebut.

Berbagai isu dan tantangan pembangunan pariwisata berkelanjutan di Pangandaran menjadi perhatian MCSTO ITB untuk turut berkontribusi dalam memberikan pendampingan lebih lanjut ke depan.

Pembangunan pariwisata berkelanjutan tidak dapat dilaksanakan secara instan dan memerlukan komitmen dari para pemangku kepentingan pariwisata, baik MCSTO, Kemenparekraf, pemda, pelaku pariwisata, hingga masyarakat. Kesepahaman terhadap konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan sangat penting agar setiap kegiatan yang dilakukan dapat mengarah pada pembangunan pariwisata berkelanjutan.

Editor: M. Naufal Hafizh


scan for download