Menyambut Gerhana Matahari Total Tahun 2023 Bersama Observatorium Bosscha

Oleh Adi Permana

Editor -


BANDUNG, itb.ac.id — Dalam rangka menyambut gerhana matahari total yang akan berlangsung tanggal 20 April 2023 nanti, Observatorium Bosscha mengadakan acara talkshow bersama para ahli dan pengamat gerhana sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat pada Sabtu (18/3/2023).

Narasumber dalam acara tersebut antara lain Muhammad Yusuf yang merupakan staf ahli Observatorium Bosscha, Ninok Leksono selaku Rektor Universitas Media Nusantara, serta seorang fotografer yaitu Syafiudin Vifick.

Ilmu sains menjelaskan fenomena gerhana matahari sebagai suatu kondisi saat matahari, bulan, dan bumi berada dalam satu garis sehingga cahaya matahari tertutup oleh bulan. Menurut Yusuf, gerhana matahari yang terjadi pada bulan April mendatang adalah gerhana matahari hibrida.

Menurutnya, gerhana matahari jenis ini dianggap spesial karena dapat terlihat sebagai gerhana matahari cincin sekaligus gerhana matahari total. Fenomena ini terjadi karena bayangan bulan yang jatuh ke permukaan bidang bumi yang berbentuk bulat tidak sama untuk setiap lokasi. Lokasi yang berada dalam area umbra bulan akan mengalami gerhana matahari total, sedangkan lokasi yang berada dalam area antumbra bulan akan mengalami gerhana matahari cincin.

“Gerhana matahari pada tanggal 20 April 2023 nanti adalah jenis gerhana matahari hibrida. Pada saat itu akan terjadi gerhana matahari cincin sekaligus gerhana matahari total,” jelas Yusuf.

Gerhana matahari yang diamati di bumi juga dinilai lebih unik jika dibandingkan dengan gerhana matahari di bagian tata surya lain. Hal ini disebabkan ukuran matahari 400 kali lipat ukuran bulan, serta jarak matahari ke bumi 400 kali lipat jarak bulan ke bumi. Artinya, ukuran tampak bulan di langit akan sama persis dengan ukuran tampak matahari dalam posisi pengamatan yang sama. Kondisi ini tidak akan terjadi apabila jarak bulan terlalu jauh maupun terlalu dekat dari bumi. Jika bulan terlalu jauh, maka ukuran tampak bulan lebih kecil sehingga tidak bisa menutupi matahari secara sempurna. Sebaliknya, jika bulan terlalu dekat, tampak bulan lebih besar sehingga lapisan korona matahari tidak akan terlihat.

“Gerhana matahari yang kita amati di bumi ini sangat spesial, rasanya tidak ada di tata surya kita yang mengalami gerhana matahari seperti gerhana matahari di bumi.”

Meskipun fenomena gerhana matahari total merupakan momen yang patut dinantikan, namun sayangnya jalur gerhana matahari total hanya melewati bagian timur Indonesia dan sebagian wilayah bagian tengah. Hal ini berarti wilayah yang tidak dilewati jalur gerhana matahari total hanya dapat menyaksikan gerhana matahari sebagian dengan obskurasi yang beragam tergantung jarak lokasi pengamatan dari jalur gerhana. Meskipun demikian Observatorium Bosscha tetap akan melakukan pengamatan gerhana matahari total melalui ekspedisi ke Pulau Kisar di Maluku Barat Daya. Pengamatan gerhana dari Pulau Kisar nantinya akan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Observatorium Bosscha agar masyarakat di daerah lain dapat menyaksikan proses terjadinya gerhana matahari total.

Direktur Observatorium Bosscha, Dr. Premana W. Premadi menjelaskan, “Observatorium Bosscha di Lembang hanya akan mengalami gerhana sekitar 40%. Namun kami telah menyiapkan ekspedisi ke tempat yang akan terlewat oleh gerhana 100%. Tempat yang kami pilih adalah Pulau Kisar, yang merupakan daratan pertama di wilayah Indonesia yang akan dilalui gerhana matahari total.”

Sebelumnya, Observatorium Bosscha bekerja sama dengan Penerbit Erlangga menyediakan 3000 paket edukasi gerhana yang telah dibagikan ke beberapa wilayah seluruh Indonesia. Tak hanya itu, momen gerhana matahari total tahun 2023 juga akan diabadikan melalui perangko khusus edisi gerhana matahari total.

Penerbitan perangko ini nantinya akan melengkapi koleksi perangko gerhana matahari total dari Observatorium Bosscha sejak tahun 1983. Dengan banyaknya rangkaian acara yang disusun oleh Observatorium Bosscha, pihak mereka berharap momentum gerhana matahari total tahun 2023 dapat menjadi sarana bagi masyarakat luas untuk sama-sama belajar memahami alam melalui fenomena yang langka ini.

Reporter: Hanifa Juliana (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2020)

Foto: Hanifa Juliana


scan for download