Mengenal Lebih Dekat Program Studi Teknik Material dan Teknik Metalurgi ITB

Oleh M. Naufal Hafizh

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id — Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar talkshow dengan topik “Kepoin Material & Metalurgi” melalui siaran langsung Instagram, Jumat (8/3/2024). Acara tersebut menghadirkan dua narasumber, yaitu Ekavianty Prajatelistia, S.T., M.S.Eng., Ph.D. dari Teknik Material dan D.Sc.(Tech.) Imam Santoso, S.T., M.Phil. dari Teknik Metalurgi.

Talkshow ini bertujuan untuk memperkenalkan lingkup Teknik Material dan Teknik Metalurgi ITB kepada masyarakat luas, terutama untuk calon mahasiswa baru yang tertarik dengan kedua program studi tersebut. Terlebih lagi, masih banyak orang awam yang sulit membedakan antara Teknik Material dengan Teknik Metalurgi. Hal ini terjadi karena di beberapa kampus selain ITB, keduanya kerap digabung dalam satu program studi Teknik Material dan Metalurgi.

Menurut D.Sc.(Tech.) Imam Santoso, Teknik Metalurgi adalah ilmu yang mempelajari tentang logam (metal), mulai dari prosesnya di pertambangan hingga menjadi produk jadi yang siap digunakan. Dengan demikian, Teknik Metalurgi disebut mempelajari pengolahan logam mulai dari proses di hulu yaitu ekstraksi dan penambangan hingga proses di hilir yaitu pengolahan dan manufaktur.

Selain itu, Teknik Metalurgi banyak bergelut dengan proses pemurnian logam dari pengotor saat logam tersebut pertama kali didapat dari pertambangan. Beliau menambahkan bahwa program studi ini mempelajari secara khusus proses pemurnian batu bara untuk memperbaiki kualitasnya.

“Bahan mentah dari tambang kita olah, kita cuci, kita upgrade kualitasnya supaya harga jualnya lebih tinggi. Jangan berpikiran nanti akan kerja berat di pertambangannya langsung, bukan, kita yang di kantor merancang sistemnya,” ujarnya.

Di sisi lain, Teknik Material mempelajari berbagai macam material, termasuk di dalamnya logam, polimer, komposit, keramik, dan lain-lain. Teknik Material lebih fokus pada proses di hilir yaitu manufaktur, yang sekurang-kurangnya terdiri atas proses sintesis, asesmen, dan maintenance.

Dalam Teknik Material juga dipelajari karakteristik setiap material, struktur material tersebut, dan performanya jika digunakan untuk membuat suatu produk. Oleh karena itu, lingkup yang dipelajari di Teknik Material tidak berhenti pada proses produksi, melainkan hingga tahap pascaproduksi untuk melakukan kontrol pada performa material saat digunakan oleh konsumen.

“Kita (Teknik Material) itu lebih dekat ke industri. Jadi dari keseluruhan pemrosesan material mentah ke barang jadi, sampai nanti digunakan oleh konsumen,” ujar Ekavianty, Ph.D.

Terkait pemisahan kedua program studi tersebut, D.Sc.(Tech.) Imam Santoso mengatakan bahwa hal tersebut sengaja dirancang oleh ITB untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih fokus dan terspesialisasi kepada mahasiswanya. Teknik Metalurgi hadir untuk memenuhi kebutuhan dalam hal perbaikan nilai tambah bahan tambang. Sementara itu, Teknik Material di bawah naungan FTMD hadir dari kebutuhan akan teknik produksi dan manufaktur dari berbagai jenis material.

“Teknik Metalurgi lahir dari rahim FTTM, sedangkan Teknik Material lahir dari rahim FTMD. Meskipun pada beberapa bagian keduanya beririsan, tapi pada dasarnya fokusnya beda,” katanya.

Baik Teknik Metalurgi maupun Teknik Material sama-sama memiliki prospek kerja yang sangat luas. Sarjana Teknik Metalurgi mayoritas bekerja di pertambangan, perusahaan minyak dan gas, hingga konstruksi. Sementara itu, lulusan Teknik Material paling banyak bekerja di perusahaan minyak dan gas serta industri manufaktur. Meskipun demikian, keduanya menekankan bahwa lulusan dari kedua program studi bisa tetap bekerja di mana saja seperti di pemerintahan, perbankan, atau menjadi pengusaha, menyesuaikan dengan minat dan keinginan mereka.

Reporter: Hanifa Juliana (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2020)


scan for download