Masjid Salman ITB: Rumah Ibadah dengan Segudang Sejarah dan Keunikan
Sejarah Masjid Salman ITB
Pada tahun 1960 sebelum Masjid Salman ITB dibangun, mahasiswa ITB melaksanakan kegiatan ibadah berjamaah seperti sholat Jumat di gedung Aula Barat ITB. Kemudian pada tahun 1964, Kasab Jendral A.H. Nasution berkunjung ke ITB untuk mengisi ceramah. Malamnya sebelum A.H. Nasution memberikan ceramah, mahasiswa ITB membacakan ikrar untuk membangun sebuah masjid di ITB. Ide pembangunan masjid tersebut mendapat dukungan dari bebagai pihak. Asal-usul nama Salman sendiri berasal dari presiden RI sekaligus alumni ITB yakni Presiden Soekarno. Akhirnya pada Mei 1972, untuk pertama kalinya Masjid Salman ITB digunakan untuk melakukan kegiatan sholat Jumat berjamaah.
Dalam proses pembangunannya, lahir juga berbagai organisasi yang berkaitan erat dengan masjid Salman ITB. Organisasi-organisasi tersebut tak hanya sebagai wadah kepengurusan, namun juga wadah diskusi, wadah dakwah dan sebagainya. Kian tahun, terbukti bahwa Masjid Salman telah banyak melahirkan alumni-alumni ITB yang sekarang menjadi tokoh-tokoh berpengaruh di Indonesia seperti Aburizal Bakrie, Hatta Radjasa, dan sebagainya.
Keunikan Desain dan Makna Filosofi Dibaliknya
Hal paling mencolok yang membedakan masjid Salman ITB dengan masjid pada umumnya ialah atap masjid Salman yang tidak berbentuk kubah. Atap Masjid Salman ITB terbuat dari beton dan berbentuk cekung layaknya sebuah cawan. Makna filosofi dibalik desain atap masjid ini adalah sebagai penggambaran dari seseorang yang sedang berdoa dengan tangan menengadah ke atas. Para pengunjung masjid Salman ITB juga akan menyadari bahwa terdapat banyak pola garis-garis yang menghiasi masjid Salman ITB baik itu pada dinding maupun tiang penyangga. Garis-garis vertikal menggambarkan hubungan antara manusia dan Tuhan, sedangkan garis-garis horizontal dimaknai sebagai hubungan antara manusia dengan sesamanya.
Di luar bangunan utama masjid Salman terdapat sebuah menara yang menjulang tinggi. Bangunan dari menara Salman ini didesain terpadu dengan desain bangunan utama serta menggunakan material dasar beton yang sama pula. Namun, desain menara Salman memakai konsep minimalis tanpa ornamen dan bentuk yang sederhana namun tetap terkesan kokoh. Desain ini mempunyai makna simbolik bahwa setiap manusia terutama umat muslim harus selalu kukuh dalam pendirian dan iman terhadap Tuhan dengan tetap rendah hati dalam segala kesederhanaannya.
Sudut masjid yang terakhir namun tak kalah indahnya ialah interior dalam dari Masjid Salman. Desain ruang ibadah utama masjid Salman baik dinding, lantai, dan langit-langit memadukan arsitektur tradisional dan modern karena sebagian besar terbuat dari kayu jati. Pencahayaan remang dari masjid juga membawa nuansa syahdu bagi setiap orang yang sedang melakukan ibadah di dalamnya sehingga menambah kedekatan batin dalam komunikasi kepada Tuhan. Desain interior masjid dirancang sedemikian rupa meredam intensitas sinar matahari yang masuk sehingga tanpa kipas angin ataupun pendingin ruangan, hawa ketika berada di dalam Masjid Salman tetap sejuk.
Desain unik dari Masjid Salman ITB tak hanya berbatas pada makna estetikanya saja, namun desain-desain tersebut juga mempunyai makna filosofis yang lebih dalam sehingga menciptakan suatu ikatan batin tersendiri saat berkomunikasi dengan Sang Pencipta. Rutinitas masjid yang berwarna menjadikan Masjid Salman tak hanya sekadar tempat beribadah, namun juga wadah bagi para mahasiswa ataupun pengunjung luar untuk mempelajari agama lebih dalam dengan cara yang kreatif dan tidak monoton. Tak heran walaupun telah berumur tua, pesona masjid Salman ITB semakin bertambah seakan tak pernah lekang oleh waktu.
Sarah Azzahwa
ITB Journalist Apprentice 2015
scan for download