Kunjungan Peserta Konferensi ke Lahan Budidaya Jarak Binaan ITB
21 mahasiswa peserta KENMI tersebut diajak untuk melihat secara langsung proses pengolahan tanaman jarak. Didampingi panitia dan utusan dari Kantor Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, selama dua hari (13-14/03/09) peserta berada di Desa Sirnajaya dan Tanjungjaya Kecamatan Rajadesa, Ciamis, Jawa Barat.
Sebelum menuju lokasi, para peserta diberi gambaran umum mengenai pembudidayaan jarak di Rajadesa. Dalam slideshow yang dijelaskan oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Widyo Nugroho Sulasdi, dipaparkan bahwa pengembangan jarak di Rajadesa bertujuan agar warga desa tersebut dapat mengusahakan energi alternatif secara mandiri.
Mahasiswa juga diajak mengunjungi tempat pembudidayaan jarak di desa Sirnajaya dan Tanjungjaya. Ribuan jarak ditanam di lahan yang dikelola langsung oleh Kepala Desa Sirnajaya atau akrab dipanggil "Pak Kuwu". Rata-rata penduduk menanam tanaman tersebut dengan sistem tumpang sari bersama tanaman kacang. Uniknya, Pak Kuwu pernah memberikan "ramuan" berupa campuran bawang putih, bawang merah, vetsin, dan lainnya pada tanaman jarak tersebut.
Dalam sambutannya pada pembukaan acara, "Pak Kuwu" mengaku sangat senang dengan kunjungan para mahasiswa tersebut. "Semoga dalam kunjungan ini, para mahasiswa dapat memberikan masukan untuk pengembangan tanaman jarak di desa Sirnajaya," ujar Pak Kuwu. Lebih lanjut, Pak Kuwu mengaku senang dengan program yang dilakukan oleh ITB. Cita-cita beliau yaitu daerah tersebut dapat mencapai swasembada jarak. Diperlukan 1 juta hektar untuk mencapai hal tersebut. "Untuk kedepannya, setiap warga Sirnajaya wajib memiliki tanaman jarak masing-masing," ujar Pak Kuwu.
Peserta yang terdiri antara lain dari Institut Pertaniaan Bogor, Universitas Sriwijaya, Universitas Sam Ratulangi, dan lainnya, tampak antusias. Hal tersebut terlihat terutama ketika menyaksikan demo pengolahan biji jarak dan penggorengan kerupuk menggunakan kompor berbahan bakar minyak jarak.
Biji jarak yang dibudidayakan di 11 desa pada kecamatan Rajadesa -termasuk Sirnajaya dan Tanjungjaya, nantinya diolah menjadi minyak yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar rumah tangga. Proses pengolahan tersebut terdiri dari beberapa tahap, yaitu: Memecah cangkang, Menghaluskan Biji, Mengeluarkan Minyak, Mengikat getah dan kotoran (degumming), Menggumpalkan getah dan kotoran (coagulant -1), Mengendapkan getah dan kotoran, serta Menyaring getah dan kotoran.
Pada tahap pertama, biji jarak dimasukkan ke dalam alat penggiling untuk memecah cangkangnya. Kemudian, bji-biji tersebut dipisahkan dari pecahan cangkang dan dimasukkan ke dalam alat penghalus. Proses penghalusan dilakukan sebanyak 3 kali. Biji yang telah halus dimasukkan ke dalam suatu alat untuk menghasilkan minyak. Minyak jarak kasar yang telah dihasilkan kemudian dicampur dengan larutan degumming lalu dengan coagulant. Campuran tersebut dibiarkan selama 1-1.5 jam hingga kotoran terpisah dari minyak dan mengendap di bagian bawah. Penyaringan pun dilakukan untuk memperoleh minyak jarak murni. Untuk menghasilkan 1 L minyak jarak murni, diperlukan 4 -5 kilogram biji jarak yang telah dikupas cangkangnya.
Minyak jarak yang dihasilkan memiliki titik didih tinggi. Minyak tersebut dimanfaatkan sebagai bahan bakar kompor dan diesel. Meski demikian, minyak jarak baru cocok digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga karena efisiensi pengolahannya. Hingga saat ini, penelitian masih terus dilakukan agar dapat menghasilkan minyak berefisiensi tinggi. Sementara itu bungkil atau ampas kulit jarak dimanfaatkan sebagai pupuk kompos. Getah jarak pun dipercaya berkhasiat untuk pengobatan.
scan for download