Orasi Ilmiah Prof. Dhani Herdiwijaya: Fisika Matahari untuk Pengembangan Teknologi Antariksa Masa Depan
BANDUNG, itb.ac.id — Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali mengadakan Orasi Ilmiah Guru Besar ITB, Sabtu (17/2/2024) di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Bandung. Salah satu yang menyampaikan orasinya adalah Prof. Dr. Dhani Herdiwijaya, M.Sc., dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ITB.
Dalam kesempatan ini, beliau menyampaikan orasi yang berjudul ‘Peran Keilmuan Fisika Matahari dalam Pengembangan Teknologi Antariksa Menuju Indonesia Emas’.
“Secara umum, penelitian astronomi melihat apa yang tidak terlihat, memegang apa yang tidak bisa dipegang, dan merasa apa yang tidak bisa dirasakan secara langsung,” ujarnya.
Beliau menjelaskan bahwa matahari menjadi unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia sejak zaman dulu.
Dia mengatakan peradaban kuno di seluruh dunia sudah mengenal peredaran matahari sebagai titimangsa dalam bercocok tanam, navigasi, hingga konstruksi bangunan pemujaan seperti candi. Pada zaman modern, pemahaman tentang matahari semakin berkembang dengan dukungan teknologi dan keilmuan astronomi, terutama di bidang fisika matahari.
Salah satu hal terpenting yang menjadi objek kajian fisika matahari adalah bintik matahari. Bintik matahari merupakan konsentrasi medan magnet di permukaan matahari yang sangat kuat hingga mencapai 3000 Gauss. Medan magnet ini terus bergerak secara dinamis dan menghasilkan sumber energi di ruang antarplanet (heliosfer).
Pengukuran gerak bintik matahari dilakukan untuk mengetahui pola gerakan plasma di permukan matahari yang berperan dalam mengatur siklus hidup matahari. Pola gerakan pada permukaan matahari ini dibedakan menjadi dua jenis, yaitu rotasi diferensial pada arah bujur dan aliran meridional pada arah lintang.
Selain itu, studi pergerakan bintik matahari juga dapat digunakan untuk memprediksi terjadinya ledakan matahari. Hasil penelitian Prof. Dhani menunjukkan bahwa kecepatan gerak bintik matahari sebelum dan sesudah terjadi ledakan berbeda. Hal tersebut dikarenakan setelah terjadi ledakan, struktur medan magnet pembentuk bintik matahari juga berubah. Ledakan matahari diikuti dengan fenomena lontaran massa matahari yang memancarkan proton ke ruang antarplanet sebagai badai matahari atau tsunami antariksa.
“Sampai sekarang riset masih terus dilakukan untuk menjelaskan bagaimana terjadi ledakan. Karena fenomena ini sifatnya nonlinear, butuh data dengan resolusi waktu dan spasial yang lebih tinggi,” tambahnya.
Pemahaman yang semakin baik tentang sifat dan karaktertik fisis matahari, menurut Prod. Dhani, merupakan modal paling penting untuk mengembangkan teknologi antariksa di masa depan. Karena pada dasarnya teknologi antariksa hanya dapat berkembang lewat kemapanan di bidang ilmu fisika matahari serta cuaca antariksa.
Berbagai jenis teknologi yang dikembangkan nantinya diharapkan dapat membawa kemaslahatan bagi umat manusia sekaligus menjadi pilar kedaulatan bangsa.
“Antariksa adalah masa depan. Oleh karena itu kita harus selalu meningkatkan awareness kepada generasi emas bahwa ada satu cakrawala yang harus kita jangkau. Bukan suatu utopia, tapi harus menjadi suatu realita,” tutupnya.
Reporter: Hanifa Juliana (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2020)
scan for download