Potensi Bangkitnya Pariwisata Halal setelah Pandemi

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

*Masjid Raya Sumatera Barat. Foto: kemenparekraf.go.id

BANDUNG,itb.ac.id – Pandemi yang melanda tanah air berdampak ke berbagai aspek. Pariwisata adalah salah satunya. Masjid Salman ITB mengadakan talkshow dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno dan Ir. Budi Faisal, Ph.D., Sabtu (16/4/2022).

Menteri yang akrab disapa Sandi itu mengatakan, sektor pariwisata merupakan sektor yang sangat potensial, sebelum pandemi, pada tahun 2018 Indonesia menempati peringkat sembilan sebagai negara dengan pertumbuhan sektor pariwisata tercepat di dunia, nomor tiga di Asia dan nomor satu di Asia Tenggara. Setengah abad kita berlomba-lomba untuk meningkatkan jumlah wisatawan dalam hal kuantitas namun setelah pandemi kita sekarang mengarah kepada kualitas.

Menurutnya, konsep pariwisata halal juga harus bertransformasi bagaimana kita bisa menghadirkan jenis wisata yang mengedepankan kesehatan dan keselamatan. Konsep dasar kita tidak berubah tapi pada pola implementasinya akan menyesuaikan.

Terdapat beberapa pembagian kebutuhan dalam terselanggaranya wisata halal, yang pertama adalah need to have atau harus dimiliki seperti makanan halal dan fasilitas ibadah, kedua adalah good to have seperti pelayanan Ramadan dan local muslim experience, dan ketiga nice to have seperti fasilitas rekreasi dengan privasi dan ramah muslim.

Menurut data, dijelaskan Sandi, pariwisata halal dan ramah muslim memiliki jumlah pasar yang cukup besar, dilihat pada tahun 2019 pengeluaran wisata muslim dunia mencapai 12% pengeluaran wisatawan global. Indonesia menempati peringkat kelima sebagai negara dengan wisatawan muslim (spending outbound muslim travel countries). Pariwisata halal tentunya bukan zonasi, lokalisasi, atau mensyariahkan tempat wisata namun kebijakan pengembangan wisata ramah muslim yang mengedepankan suatu kebermanfaatan kepada substansi yang menyediakan layanan family muslim friendly seperti makanan, penginapan, dan transportasi yang halal.

“Negara-negara lain sudah mengembangkan hal ini dengan antusias yang tinggi oleh karena itu Kemenparekraf mendorong tiga strategi utama dalam pengembangan pariwisata ramah muslim, yaitu inovasi, adaptasi, dan kolaborasi,” ungkap Sandi.

Mengakhiri sesi, ia berpesan, “Sekarang merupakan waktu untuk membangkitkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah lewat pariwisata halal dengan pasar utama di dalam negeri sendiri, salah satunya adalah kepada peserta umroh dengan jumlah 7000 setiap harinya, akan dibuat konsep travel pattern, sehingga sebelum keberangkatannya, mereka bisa mengunjungi destinasi wisata halal, diharapkan kita juga bisa mengembangkan post umroh,” jelasnya.

Reporter: Kevin Agriva Ginting (Teknik Geodesi dan Geomatika, 2020)


scan for download