Pesan Refleksi dari Ketua Senat Akademik pada Dies Natalis ke-63 ITB

Oleh Adi Permana

Editor -


BANDUNG, itb.ac.id--Ketua Senat Akademik Institut Teknologi Bandung Prof. Ir. Hermawan Kresno Dipojono, S.T., MSEE., Ph.D., IPU mengatakan, menurut data Global Innovation Index (GII) tahun 2021 menunjukkan posisi Indonesia berada pada urutan ke-76. Angka itu jauh dibandingkan negara-negara Asia lainnya, seperti Korea Selatan ke-5, Singapura ke-8, China ke-12, Jepang ke-13, dan Malaysia ke-36.

"Hal ini tidak terlepas dari besarnya proporsi lulusan di bidang science and engineering yang dihasilkan, misalnya Singapura menempati urutan ke-10 dan Korea Selatan ke-18 di dunia. Kini tidaklah mengherankan jika banyak pemerintah di dunia memberikan perhatian serius dalam pendidikan STEAM (science, technology, engineering, art, and mathematics)," jelas Prof. Hermawan.

Prof. Hermawan juga mengatakan, semakin lama suasana darurat akibat disrupsi pandemi berlangsung, akan semakin menyentuh pada persoalan eksistensial, tidak saja pada tataran institusional bahkan juga di tingkat nasional, kehidupan berbangsa dan bernegara yang akan menjadi taruhannya.

Pemulihan ekonomi nasional tentu saja menjadi prioritas pertama dan utama kita semua dalam jangka pendek atau lima tahun ke depan. "Pada situasi apa dan bagaimanapun, sumbangan terbesar ITB kepada bangsa dan negara adalah para alumninya yang dapat berkiprah nyata, kreatif-inovatif dalam menyelesaikan berbagai problema di masyarakat," jelasnya.

Guru Besar pada Fakultas Teknologi Industri (FTI) itu melanjutkan, bahwa riset berkualitas adalah salah satu keharusan yang ditawarkan oleh perguruan tinggi. Menurutnya, rendahnya GII berkonsekuensi pada rendahnya daya saing bangsa Indonesia dan berbanding lurus dengan rendahnya produktivitas riset guru besar di perguruan tinggi yang dimiliki Indonesia.

Pendanaan, lanjutnya, seringkali menjadi kendala, dan oleh karenanya pencarian sumber dana nontradisional namun dapat dipertanggungjawabkan secara legal perlu terus dicari dan dijajaki peluang-peluangnya. Pendekatan pola enterprise yang telah lama ada dalam RENIP ITB perlu segera diujicobakan dalam transformasi reformatif ini.

"Semoga langkah awal kita bertransformasi ini dapat menjadi bekal fundamental yang amat diperlukan dalam perjalanan panjang berkontribusi secara berkelanjutan pada transformasi menuju ekonomi bangsa yang berkemakmuran, demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia kembali ingin kami tegaskan bahwa telah menjadi pemahaman universal, kreativitas memerlukan kemerdekaan pola pikir dan tindakan. Hadirnya kebijakan MBKM harus dilihat sebagai sebuah peluang baru dalam merumuskan, mencari, dan mewujudkan target dan terobosan agar ITB merupakan bagian darinya sehingga sanggup melahirkan super creative core secara masif," jelas Prof. Hermawan.


scan for download