Sekolah Farmasi ITB Sosialisasikan Program Kelas Internasional

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

BANDUNG, itb.ac.id–Sekolah Farmasi ITB menyosialisasikan program Kelas Internasional pada Jumat (18/2/2022) lalu. Sosialisasi ini dipimpin oleh Dosen Kelompok Keahlian Biologi Farmasi, Sekolah Farmasi ITB, apt. Defri Rizaldy, S.Farm., M.Si. apt.

Defri memulai materi dengan menjelaskan tentang dua program studi yang ada di dalam Sekolah Farmasi ITB yaitu Sains dan Teknologi Farmasi serta Farmasi Klinik dan Komunitas. Selain itu, ia menjelaskan bahwa pendidikan di Sekolah Farmasi ITB ditempuh selama 8 semester untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi (S. Farm). Lalu, dapat dilanjutkan dengan 2 semester pada sekolah keprofesian apoteker.

Dijelaskan pula terkait beragam research group yang ada di Sekolah Farmasi ITB. Mulai dari pharmacochemistry, pharmaceutics, pharmaceutical biology, pharmacology clinical pharmacy, dan sport science. “Kelima bidang ini tentunya memberikan kontribusi dan inovasi yang berbeda untuk keilmuan farmasi,” pungkas Defri.

Program internasional Sekolah Farmasi ITB memiliki beberapa perbedaan dengan program lainnya. “Perbedaannya adalah perkuliahan dan praktikum yang dibawakan dalam bahasa Inggris. Selain itu, mahasiswa program Internasional akan mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pertukaran pelajar atau internship di luar negeri serta dapat melakukan tugas akhir atau riset di perguruan tinggi luar negeri yang juga mitra dari ITB,” jelas Defri. Berbagai program tersebut disebut International Exposures.

Program internasional Sekolah Farmasi ITB memiliki berbagai global partners yang sangat luas di luar negeri. “Mulai dari Oregon State University, Universiteit Leiden, Kyunghee University, Universiti Sains Malaysia, Universitat Oldenburg, Mahidol University, Cyberjaya University College, Universiti Teknologi Mara, dan masih banyak lagi seperti yang tertera pada slide presentasi,” terang Defri. Dua program studi dari Sekolah Farmasi ITB yaitu Farmasi Klinik dan Komunitas serta Sains dan Teknologi Farmasi juga sudah terakreditasi secara internasional oleh ASIIN.

Prospek serta lapangan kerja dari lulusan Sekolah Farmasi ITB juga sangat beragam. Mulai dari industri farmasi hingga pemerintahan. Secara rinci, 39.11% lulusan Sekolah Farmasi ITB bekerja di Industri Farmasi, 14,89% bekerja di pemerintahan, 10,98% bekerja di Rumah Sakit, 14,7% bekerja sebagai pharmacist, 2,66% bekerja sebagai researcher, 14,47% sebagai dosen dan guru, serta 3,19% bekerja sebagai pengusaha. Sekolah Farmasi ITB juga telah menghasilkan banyak pengusaha terkenal yang telah memajukan industri farmasi seperti Rudy Soetikno dari Dexa Medica, Nurhayati Subakat dari Paragon, Jahja Santosa dari Sanbe, dan Andi Wijaya dari Prodia.

Terakhir, dijelaskan terkait biaya pendidikan untuk menempuh pendidikan di Program Internasional Sekolah Farmasi ITB. Biaya pendidikan ini terbagi dua menjadi donation for institutional development yang hanya dibayarkan sekali serta tuition fee yang dibayar setiap setengah tahun sekali. Selain itu, berbagai dokumen persyaratan serta ITB AQ Test wajib dilampirkan untuk mendaftar.

Reporter: Yoel Enrico Meiliano (Teknik Pangan, 2020)


scan for download