Dr. Ninok Leksono: Adaptasi Sebagai Kunci Meraih Sukses Bagi Mahasiswa

Oleh Adi Permana

Editor -


BANDUNG, itb.ac.id -- Mahasiswa termasuk ke dalam populasi elit, maka rasa syukur perlu dimiliki oleh tiap individu dengan bertanggung jawab atas status sebagai mahasiswa. Namun terkadang skenario hidup dapat berubah akibat lingkungan sekitar. Maka sebagai mahasiswa perlu adaptif terhadap perubahan dunia.

Hal itu disampaikan Dr. Ninok Leksono, M. A., Redaktur Senior Kompas dan Rektor Universitas Multimedia Nusantara dalam Studium Generale KU-4078 ITB, Rabu (1/9/2021). Tema yang diangkat pada kuliah umum kali ini ialah “Adaptabilitas dalam Perjalanan Hidup dan Profesi”.

Kuliah umum dibuka oleh D. Arch. G. Prasetyo Adhitama, S.Sn., M.Sn. selaku Direktur Direktorat Kemahasiswaan. Moderator pada kuliah tamu ini adalah Prof. Dr. Taufiq Hidayat, DEA selaku Guru Besar FMIPA.

Dr. Ninok Leksono, M.A. adalah seorang lulusan Astronomi Institut Teknologi Bandung. Saat ini Dr. Ninok menjabat sebagai Redaktur Senior Kompas dan Rektor Universitas Multimedia Nusantara. Kecintaan terhadap objek langit yang memesona menghantarkan Dr. Ninok Leksono untuk berkuliah di jurusan astronomi. Astronomi adalah permasalahan fisika yang membutuhkan solusi matematis.

Setelah lulus Dr. Ninok Leksono bersiap studi lanjut di luar negeri dan menjadi PNS. Namun, skenario berubah akibat dari sikap aktivisme mahasiswa ITB terhadap pemerintahan pada zaman tersebut. Dr. Ninok Leksono menjadi aktif di media, peneliti di Observatorium Bosscha, dan dosen tidak tetap di ITB.

Sebagai seorang saintis pada era 1970, diakuinya cukup sulit akibat keterbatasan lapangan kerja dan engineer menjadi pekerjaan primadona. Padahal teknik dan sains harus jalan beriringan seperti pada masa pandemi yang membutuhkan penelitian dari saintis untuk dapat dipakai skala industri.

Dr. Ninok Leksono sudah memiliki minat tulis pada saat kuliah dan menjadi wartawan dengan menjadi koresponden media besar seperti Kompas pada tahun 1981 di ITB dalam Konferensi Regional Astronomi Asia-Pasifik. Lalu menjadi wartawan profesional pada Februari 1982 akibat adanya wartawan genre baru sesuai disiplin ilmu. Namun, Dr. Ninok Leksono memilih disiplin ilmu teknologi militer.

Selama menjadi wartawan Dr. Ninok Leksono mendapat kesempatan studi lanjut pada bidang studi perang di King’s College, University of London dan melanjutkan studi S3 di LSE, tapi tidak lulus karena panggilan tugas yang menyebabkan studi dituntaskan di FISIP UI.

Selama menjadi wartawan teknologi militer, banyak kesempatan langka yang dialami oleh Dr. Ninok Leksono. Pertama adalah paham akan ancaman perang nuklir serta dampak yang diakibatkan. Kedua adalah meliput industri stategis di Indonesia dengan menyaksikan penerbangan pertama CN-235 dan N-250.

Ketiga mengunjungi militer luar negeri seperti markas besar NATO di Brussels, melihat latihan perang di Inggris, dan mengunjungi kapal induk USS Abraham Lincoln yang saat itu membantu penyelamatan korban bencana Tsunami Aceh 2004. Terakhir bertemu dengan tokoh-tokoh hebat seperti B. J. Habibie dan presiden Amerika Serikat.

Pada saat ini Dr. Ninok Leksono, M.A. ditugaskan oleh pendiri Kompas Dr. (H.C.) Drs. Jakob Oetama sebagai Rektor Universitas Multimedia Nusantara sejak Maret 2011. Tantangan yang dihadapi pada saat ini sebagai rektor adalah guncangan digital, revolusi industri 4.0, dan pandemi.

Pesan yang diberikan oleh Dr. Ninok Leksono adalah Cogito ergo sum yang berarti aku berpikir maka aku ada dan Scribo ergu sum yang berarti aku menulis, maka aku ada. Maka untuk meningkatkan kualitas mahasiswa di era revolusi 4.0 adalah dengan menguasai Artificial Intelligence, Internet of Things, big data, dan 3D printing. Lalu ekonomi digital juga perlu dipelajari di bidang logistik dan e-commerce.


“Jadilah insan pembelajar sepanjang hayat. Tidak usah khawatir jika rencana hidup tidak terwujud seperti yang diinginkan. Yang penting adalah bagaimana kita mampu beradaptasi agar menjadi lebih baik. Karena di ITB itu kita mengasah logika,” pungkasnya.

Reporter: Alvina Putri Nabilah (Biologi, 2019)


scan for download