Menjelajahi Pameran Seni Virtual “Kita Tidak Sama, Kita Hidup Sama-Sama” Kolaborasi ITB-Narasi TV

Oleh Adi Permana

Editor Vera Citra Utami


BANDUNG, itb.ac.id – Bekerja sama dengan Narasi TV, ITB menyelenggarakan pameran seni virtual 360 bertema “Kita Tidak Sama, Kita Hidup Sama-Sama”. Pameran tersebut dibuat dalam rangka isu-isu seputar toleransi dan dapat diakses dari 22-26 April 2021. Karya-karya yang ditampilkan adalah hasil dari kolaborator Narasi TV dan mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB. Pameran seni virtual dapat diakses melalui alamat situs web https://indonesiabutuhanakmuda.narasi.tv/. Pengunjung disarankan untuk memakai PC/laptop dan membuat akun sebelum memasuki pameran.

Ada tiga tema yang diangkat dalam pameran tersebut. Pertama adalah mengenai interaksi sosial di mana kreasi kolaborator menggambarkan pentingnya toleransi dan kepedulian sesama manusia tanpa memandang latar belakang mereka, terutama pada masa pandemi saat ini yang menyusahkan sosialisasi antara orang lain. Salah satu video yang ditampilkan memberikan contoh toleransi agama dalam bentuk paduan suara. Pendiri Basudara Choir, Sierra Latupeirissa, menjelaskan bahwa paduan suara tersebut terdiri dari anggota-anggota dengan agama berbeda, dan adalah upaya dalam menyatukan persaudaraan warga Ambon lewat musik. “Musik itu universal dan Basudara Choir menyuarakan perdamaian,” dia menambah.

Tema berikutnya adalah Ketidakbenaran Informasi yang mengutarakan maraknya berita dan data palsu di masyarakat saat ini. Karya-karya yang termasuk dalam tema ini menggambarkan kekhawatiran para seniman dalam penyikapan informasi yang beredar dan pentingnya daya pikir kritis dalam menanggapinya. Tema tersebut juga memaparkan bagaimana pandemi mengakibatkan masyarakat menghadapi masalah yang kompleks dan mudah mengambil kesimpulan dari berbagi sumber.

Kesehatan Mental merupakan tema terakhir yang dipamerkan. Selain meningkatkan kesadaran tentang tema tersebut, para kolaborator menyuarakan pengalaman pribadi menghadapi masalah yang mempengaruhi keadaan mereka lewat lukisan, seni grafis dan video pendek. Banyak hasil karya yang juga memperlihat dampak pandemi kepada kesehatan mental para kolaborator, seperti kuliah daring dan tidak dapat bertemu dengan teman-teman.


Pameran seni virtual ini adalah salah satu rangkaian acara dari gerakan Indonesia Butuh Anak Muda yang memberikan berbagai perspektif mengenai peristiwa yang sedang terjadi serta posisi para anak muda dalam hal tersebut. “Indonesia dan sejarahnya didirikan oleh anak muda,” Najwa Shihab menyatakan. “Zaman selalu bergerak dan anak muda adalah rodanya.“

Reporter: Ruth Nathania (Teknik Lingkungan, 2019)



scan for download