Kolaborasi Seni, Sains, dan Teknologi untuk Masa Depan Industri Kreatif di Indonesia

Oleh Adi Permana

Editor Vera Citra Utami


BANDUNG, itb.ac.id--Bayangkan saja terdapat sebuah ruang besar yang menyatukan konsep kesenian, sains, dan teknologi. Tentu hal ini sulit untuk direalisasikan namun akan sangat inovatif dan bernilai tinggi hasilnya.

Gagasan inilah yang akhirnya membuat Muhammad Adi Panutun, Co-Founder dan CEO PT Sembilan Matahari mampu membawa nama baik Indonesia di kancah Internasional. Pemuda yang akrab disebut Kang Adi ini memaparkan pengalaman, karya, dan prestasinya di Studium Generale Kuliah Umum KU-4078 ITB pada Rabu, 3 Februari 2021.

Kang Adi memulai pemaparan dengan menceritakan beberapa pengalamannya ketika masih menjadi mahasiswa. Rasa ingin tahu yang tinggi dan ketertarikan pada audio visual, membuat alumni Desain Komunikasi Visual (DKV) FSRD ITB ini semangat dalam menyelami berbagai diskusi lintas disiplin ilmu di kampus.

Pergaulan dengan teman-teman lintas jurusan juga membawanya menjadi salah satu pencetus berdirinya Ganesha Television (GTV) dan menciptakan saluran televisi kampus pertama di Indonesia. Semangat untuk berdiskusi di ruang-ruang lintas pemahaman inilah yang menjadi cikal bakal kolaborasi seni, sains, dan teknologi.
Pada tahun 2007, Kang Adi bersama adiknya mendirikan PT Sembilan Matahari, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri kreatif. Bersama lebih dari 40 rekan kerja yang berasal dari beragam latar belakang keahlian, mulai dari programmer, saintis, hingga antropolog, Adi berkarya dengan membawa semangat perubahan pada dunia industri kreatif di Indonesia.

“Menurut saya, sinetron memiliki posisi sangat strategis. Karena bila kita melihat sejarah prehistoric, knowledge disampaikan melalui dinding untuk disampaikan kepada anak dan keluarganya. Itu sama dengan kita berkumpul di rumah bersama keluarga memandang layar TV untuk saling berdiskusi sambil transfer knowledge dari apa yang kita saksikan,” tuturnya.

Kerja keras Adi dan PT Sembilan Matahari membuahkan beragam karya seperti video mapping, film layar lebar, dan karya audio visual lain yang banyak dilirik oleh pemerintah Indonesia dan juga masyarakat mancanegara. Beberapa karyanya seperti Cinta The Movie (2009), video mapping cerita Naradewa yang diproyeksikan ke Fasad Gedung Sate, video mapping Museum Fatahillah, immersive cinema Bank Indonesia, video mapping Perpustakaan Nasional, dan sebagainya.

Terdapat satu keunikan yang membuat PT Sembilan Matahari tampil berbeda dengan industri kreatif lainnya, yaitu penyajian karya seni yang edukatif dan bernilai estetik tinggi dengan menerapkan konsep-konsep sains menggunakan teknologi yang mutakhir. Teknologi yang digunakan mulai dari XR (Extended Reality), Real Time 3D Rendering, 4D Visuallization, teknologi kinetik, hingga sensor untuk artificial intelligent.

Sebagai professional, Kang Adi memiliki sebuah prinsip yang menjadi kunci kesuksesan dan ketangguhan perusahaan dalam menghadapi berbagai situasi. Hal ini dibuktikan Kang Adi dengan tetap memberikan haknya kepada para pegawainya dan mempekerjakan rekannya di saat pandemi dimana di saat ini kebutuhan pasar cenderung menurun. Prinsip itu adalah kolaboratif, inovatif, dan adaptif.

“Di depan semakin kolaboratif akan semakin inovatif, maka kita akan semakin adaptif. Dan satu-satunya cara untuk keluar dari krisis adalah mereka yang paling adaptif. Maka dari itu buat mahasiswa biasakan diri untuk bergaul dengan teman teman lintas jurusan agar lebih adaptif ketika di luar kampus,” ujar Kang Adi.

Reporter: Daffa Raditya Farandi (Mahasiswa TPB SBM, 2020)


scan for download