Membangun Bisnis Model Pesantren yang Berkelanjutan

Oleh Adi Permana

Editor -


BANDUNG, itb.ac.id--Pesantren sebagai lembaga pendidikan memiliki peran sentral di masyarakat. Dengan karakteristik kewirausahaannya, pondok pesantren sangat erat kaitannya dengan konsep bisnis yang berkelanjutan dengan memberikan manfaat dari sisi sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Untuk menggali pemahaman praktis mengenai bisnis model pesantren yang berkelanjutan, Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM)-ITB melalui Center for Islamic Business and Finance (CIBF) mengundang para akademisi, pelaku usaha, dan pemangku kepentingan untuk berdiskusi dan berbagi ilmu serta pengalaman dalam sebuah webinar yang bertajuk “Bisnis Model Pesantren yang Berkelanjutan” pada Jumat, (11/12/2020) melalui Zoom dan Youtube. Webinar dibuka oleh Wakil Dekan Bidang Sumber Daya SBM-ITB, Reza Azhari Nasution, Ph.D., dan dipandu oleh Dr. Sylviana Maya Damayanti.

“Pesantren sangat menunjang isu keberlanjutan (sustainability) karena mampu memberikan kontribusi dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan,” imbuh Wawan Dewanto. Dosen SBM-ITB tersebut menjelaskan bahwa kontribusi pesantren dari sisi ekonomi adalah dengan meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui wirausaha, kemudian dari sisi sosial mampu mengurangi pengangguran, serta pesantren juga mampu menjaga lingkungan dengan mengurangi limbah.

Untuk pengembangan pesantren yang berkelanjutan di Jawa Barat, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Jawa Barat, Kusmana Hartadji menjelaskan program yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi adalah One Pesantren One Product (OPOP).

Melalui program ini, setiap pesantren dibina untuk mengembangkan sebuah produk seperti pertanian, kuliner, dan kerajinan. Pria yang akrab disapa Pak Tutus tersebut mengungkapkan bahwa program OPOP ini adalah salah satu program unggulan yang sudah sukses membina ribuan pesantren yang ada di Jawa Barat hingga beberapa pesantren binaan mengikuti pameran tingkat internasional di Turki. “OPOP mendapat penghargaan inovasi pelayanan publik dalam pemberdayaan masyarakat yang ditetapkan oleh Kemenpan-RB pada tahun 2020,” tambahnya.

Dari sisi Pondok Pesantren, Peri Risnandar, CEO Kopontren Daarut Tauhid berbagi mengenai koperasi di pesantrennya. Ia mengungkapkan bahwa Daarut Tauhid menjalankan kegiatan usaha koperasi pesantren atau disebut juga dengan Kopontren dengan basis syariah dan profesionalisme, usaha koperasi tersebut sebagai bentuk model bisnis di Pesantren Daarut Tauhid yang berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat. “Potensi yang ada sama-sama kita manfaatkan untuk membentuk ekosistem ekonomi di Pondok pesantren supaya bisa berkelanjutan,” ucapnya.


Pembicara selanjutnya, Jamil Abbas, menekankan bahwa salah satu elemen penting dalam membangun bisnis pesantren yang berkelanjutan adalah perlu adanya produk keuangan syariah, tetapi tidak semua pesantren mampu mendirikan lembaga keuangan syariah. Oleh karena itu Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) memiliki sebuah program yang bernama Kolaks (Kolaborasi layanan Keuangan Syariah).

“Kolaks ini adalah gerakan di mana layanan keuangan bagi masyarakat Indonesia dilaksanakan secara berkolaborasi oleh berbagai pihak,” imbuh Jamil Abbas, Kepala Divisi Keuangan Inklusif Syariah KNEKS.

Ia mencontohkan bentuk kolaborasinya adalah Unit Layanan Keuangan Syariah (ULKS) Pesantren, di mana dengan unit layanan ini pesantren tidak perlu menghasilkan produk keuangan sendiri tetapi bisa berkolaborasi dengan lembaga keuangan yang sudah mapan dan mandiri. Sehingga dengan adanya kolaborasi, pengembangan model bisnis yang berkelanjutan akan mudah tercapai.

Reporter: Deo Fernando (Kewirausahaan, 2019)


scan for download