Perjalanan Prof. Rubiyanto Kapid dalam Mengembangkan Penelitian Mikropaleontologi Nanoplankton di Indonesia

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id--Prodi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) ITB kembali menyelenggarakan webinar Geologi Menyapa: Solidaritas untuk Negeri yang ke-11. Webinar yang diadakan pada Sabtu, (7/11/2020) secara daring ini menghadirkan Prof. Rubiyanto Kapid, Guru Besar ITB pada Kelompok Keahlian Paleontologi dan Geologi Kuarter. Webinar tersebut mengangkat tema “The Guardians of Time”.

“Ahli mikropaleontologi di Indonesia tidak banyak, khususnya dalam bidang nanoplankton. Prof. Rubiyanto Kapid menjadi satu-satunya Guru Besar dalam bidang mikropaleontologi dan nanoplankton sehingga pemaparan beliau sangat penting untuk disimak,” kata Prof. Yahdi Zaim saat membuka webinar tersebut.

Pada webinar tersebut, Prof. Rubiyanto yang baru dikukuhkan sebagai Guru Besar ITB itu banyak bercerita tentang perjalanannya dalam mengembangkan penelitian nanoplankton di Indonesia. “Jika kita menerawang 30 tahun yang lalu di Prodi Teknik Geologi, pada saat saya pulang dari tugas belajar di Prancis, situasinya memang kurang kondusif untuk pengembangan materi nanoplankton yang saya pelajari sebelumnya,” ujarnya.

Pada saat itu, kata Prof. Rubiyanto, mikroskop khusus yang digunakan untuk meneliti nanoplankton masih belum tersedia, sehingga ia terpaksa untuk meminjam dan melakukan modifikasi terhadap mikroskop yang sudah tua untuk dapat dipergunakan dalam melakukan pengamatan terhadap nanoplankton.

Ketika itu pula, Prof. Rubiyanto berpartisipasi dalam sebuah proyek yaitu biokomputasi dan banyak mendapat pengetahuan tentang bagaimana melakukan riset berskala besar. “Di saat yang sama kami juga mendapat riset unggulan terpadu untuk menyusun biozonasi di Indonesia dan riset tersebut membantu kami dalam menegembangkan pengetahuan,” ucapnya.

Ia menjelaskan, masa-masa tersebut membuatnya lebih produktif dengan menulis serta mengeluarkan buku-buku yang berkaitan dengan mikrofosil seperti foraminifera, nanoplankton, ostracoda, dan sebagainya. “Saya pergunakan waktu tersebut untuk menulis itu semua (sampai) akhirnya keluarlah buku-buku tentang mikrofosil yang hingga saat ini masih dipergunakan sebagai buku referensi bagi mahasiswa,” imbuh Rubiyanto.

*Sumber foto: Youtube Geologi ITB

Era telah berganti. Sekarang, peralatan untuk meneliti mikropaleontologi sudah ada, namun masih perlu pengembangan dan kerja sama lebih lanjut. Serta ia mengharapkan ketersediaan peralatan sudah tidak menjadi masalah teknis lagi dalam melakukan riset. “Riset perlu ditambah dan diperdalam. Jika sebelumnya hanya mempelajari bagian paleosen maupun neogen atas, maka risetnya akan dikembangkan menuju paleogen dan sebagainya,” katanya.

Ia menambahkan bahwa di masa yang akan datang sangat penting sekali regenerasi dalam mengembangkan bidang keilmuan ini. “Regenerasi inilah yang sulit karena berkaitan dengan minat, kesempatan, dan keberuntungan,” tutur Rubiyanto.

Sebagai penutup, peraih Doktor dari Universitas de Reims Perancis ini menjelaskan tentang Kelompok Keahlian Paleontologi dan Geologi Kuarter di FITB. Kelompok keahlian ini menjadi “rumah” bagi para dosen serta peneliti untuk melakukan penelitian terhadap organisme-organisme bidang mikropaleontologi yang mempelajari tentang foraminifera, nanoplankton, palinologi, serta mikrofosil lainnya.

Reporter: Deo Fernando (Kewirausahaan, 2019)


scan for download