Mendukung Kuliah Daring dan Program Merdeka Belajar, ITB Kembangkan LMS Edunex

Oleh Vera Citra Utami

Editor -

Edunex 4.0 LMS

BANDUNG, itb.ac.id --  Untuk mendukung pendidikan secara daring atau e-learning, Institut Teknologi Bandung telah mengembangkan Learning Management System (LMS) terbaru dan lebih modern, yang dinamakan Edunex. Di samping mampu menampung pengguna serentak dalam jumlah yang banyak, sistem tersebut juga amat mudah digunakan oleh pengguna, khususnya dosen dan mahasiswa.  
 
Keunggulan lainnya adalah, selain digunakan untuk kebutuhan pengajaran dan pembelajaran secara blended learning bagi pembelajar internal ITB, sistem ini mendukung dan menyediakan layanan perkuliahan Program Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 
 
Direktur Pengembangan Pendidikan ITB Yusep Rosmansyah, Ph.D., menjelaskan bahwa sistem manajemen pendidikan dapat dibagi atas dua bagian, yaitu LMS dan manajemen administrasi pendidikan.  
 
Saat ini, ITB sudah memiliki sistem manajemen administrasi pendidikan yang baik, namun LMS sebelumnya masih menggunakan aplikasi lama yang rentan macet jika jumlah pengguna serentak ber-orde ribuan atau lebih. Padahal, jumlah mahasiswa Merdeka Belajar dapat mencapai jutaan orang. 
 
Untuk itu, Direktorat Pengembangan Pendidikan ITB telah mengembangkan LMS baru yang lebih user-friendly (mudah dipakai) dan scalable (dirancang untuk dapat berjalan di atas cloud server dan melayani jutaan pengguna).  
 
Salah satu hikmah positif dari wabah COVID-19 adalah pembelajaran menjadi 100% daring. Dalam situasi ini, LMS lama sudah tidak bisa diandalkan lagi, sehingga pengembangan Edunex dipercepat. Saat ini, Edunex mulai digunakan secara serentak oleh ratusan dosen pionir yang mengikuti program “Pemutakhiran Bahan Kuliah ITB” dan ribuan mahasiswa peserta kuliah dan ujian. “Bulan ini kita sedang uji coba Edunex ini dengan terus menambah jumlah pengguna serentak, untuk persiapan Ujian Akhir Semester mahasiswa ITB dan juga organisasi lain yang memerlukan,” ujarnya saat diwawancara Humas ITB, Selasa (21/4/2020). 
 
Selain user friendliness dan scalability, keunggulan LMS Edunex lainnya di antaranya: (1) expandability, sehingga dapat mengakomodasi fitur-fitur baru yang spesifik untuk keperluan program-program studi tertentu yang sedang disiapkan, (2) compatibility, dimulai dengan kemudahan salin-tempel (copy-paste) rumus Microsoft Equation dan embed video YouTube; (3) interactivity, yaitu adanya alat komunikasi antara dosen dan para mahasiswanya, baik yang synchronous vicon maupun yang asynchronous forum; (4) seamless integration, yaitu integrasi data kelas, dosen, mahasiswa, serta fitur SSO (single sign on) dengan sistem manajemen administrasi kampus; (5) payment integration, yaitu bahwa LMS baru ini memiliki fitur interkoneksi dengan alat pembayaran daring nasional; (6) Moodle data import; dan (7) domestic cloud server, yaitu lokasi pusat data yang berada di wilayah NKRI.  
 
Dengan menggunakan momentum Hari Pendidikan Nasional tahun ini, serta sebagai bentuk dukungan pada program Kemendikbud “Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka”, pada hari Sabtu, 2 Mei 2020, ITB secara resmi meluncurkan LMS Edunex v4.0. Sejalan dengan adagium “content is the king, platform is the queen”, program Pemutakhiran Bahan Kuliah juga telah paralel berjalan dengan memanfaatkan Edunex ini. 
 
Setelah peluncuran ini, rencana selanjutnya adalah memperkaya bahan ajar dan bahan kuliah, sehingga selain sebagai pemenuhan kebutuhan pembelajaran daring internal ITB, LMS Edunex v4.0 ini juga merupakan bentuk penyediaan layanan Lifelong Education, seperti Merdeka Belajar, Executive Program, dan Extension Class.  
 
Dengan dukungan mitra penyedia cloud server, selain siap melayani jutaan mahasiswa non-ITB, Edunex dapat menawarkan juga layanan penggunaan platform LMS itu sendiri melalui skema software-as-a-service (SaaS), misalnya bagi PTN/PTS lain yang akan melakukan ujian semester atau ujian masuk daring massal serentak, atau skema platform-as-a-service (PaaS), misalnya dalam pemberian layanan LMS bagi organisasi lain.

Reporter: Adi Permana

scan for download