ITB Ciptakan Biola Listrik dari Rotan

Oleh Adi Permana

Editor -

*Desain produk biola listrik dari rotan dan dikolaborasikan dengan hasil 3D Printing (Dok Humas ITB)

BANDUNG, itb.ac.id – Alat musik biola umumnya memakai kayu sebagai bahan pembuatannya. Namun inovasi berbeda dilakukan oleh Andar Bagus Sriwarno, Ph.D., beserta tim dari Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB yang membuat desain produk biola listrik dengan menggunakan bahan rotan.

Andar bersama tim mencoba kreatifitas dan imajinasi mereka dalam merancang biola elektrik dengan desain futuristik dan ergonomis. Rotan dipilih karena karakter materialnya kuat dan juga fleksibel. Selain itu tersedia melimpah di Indonesia. Produk biola rotan tersebut ditampilkan pada pameran Poster dan Produk hasil Program Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Inovasi (P3MI) Institut Teknologi Bandung, Jumat (18/01/2018).

“Kenapa kita buat yang elektrik? Karena saya juga tidak berani buat mengubah-ubah desain ruang akustik. Itukan ada hitungan bakunya, jadi saya buat yang elektrik biar puas eksplorasi desainnya,” terang pria yang bisa bermain biola ini.

Produksi dari biola ini menggunakan dua bahan utama. Pertama, desainnya menggunakan rotan sebagai fingerboard atau tempat pemain biola meletakkan jarinya. Selanjutnya untuk badan/body biola, dan penyangga utama, ia menggunakan filamen plastik ABS dari 3D-Printer. Penggunaan filamen disebabkan oleh keterbatasan rotan dalam memenuhi bentuk yang diidamkan. “Kalau kita pakai filamen plastik dan rotan sebagai kolaborasi, ini juga bisa jadi representasi desain natural-sintetis,” terang dosen Desain Produk ITB ini.

Selain eksplorasi bentuk pada biola, Andar juga tidak melupakan kenyamanan pemain biola dalam memainkan instrumen. “Saya mendesain juga bagian biola yang melekat pada bahu, jadi walaupun bentuknya tidak seperti biola pada umumnya, saya bisa menjamin kenyamanan yang sama tidak akan hilang,” jelas Andar. 

Ditambah lagi, biola yang telah dibuat memiliki bobot yang tidak terlalu berat karena menggunakan teknik puzzle pada saat perakitan. Ini berarti, tiap desain badan biola dibuat berongga sehingga tidak banyak berkontribusi pada berat biola. Biola yang bentuknya dibuat berdasarkan filosofi bentuk pohon rotan ini ia yakini akan laku di pasaran sebagai tren baru nantinya. “Sebenarnya, kalo di luar negeri, sudah banyak desainer yang menggunakan filsofi bentuk alam untuk dijadikan satu dengan desain instrumen,” lanjut Andar. 

Ia meyakini bahwa memang kedepannya desain-desain akan jauh lebih natural dan tidak hanya menjadi sekedar gaya. “Kalau untuk sekarang, desain unik seperti ini pasti masih jadi gaya ya, jadi gengsi, tapi kedepannya bisa jadi ini malah akan jadi hal yang normal,” tambahnya lagi.

Kedepannya, ia berharap bisa melakukan eksplorasi dari sisi material maupun desain terhadap instrumen lainnya. “Kalau untuk biola ini, jika memang sukses, harapannya bisa diproduksi massal ya, kalau untuk kedepan mudah-mudaha ada karya yang lebih baik lagi,” tutupnya.

Reporter: Ferio Brahmana


scan for download