Tingkatkan Perekonomian Petani, ITB Kembangkan Penelitian Budidaya Lebah di Perkebunan Kopi

Oleh Adi Permana

Editor -


BANDUNG, itb.ac.id – Kelompok Keahlian Agroteknologi dan Teknologi Bioproduk Institut Teknologi Bandung (ITB) bekerjasama dengan community based startup Biorefinery Society (BIOS) mengembangkan perancangan sarang (hive) dan sistem pemeliharaan lebah Tetragonula untuk madu propolis di perkebunan kopi.

Riset ini merupakan pengembangan sistem perkebunan kopi yang terintegrasi dengan budidaya lebah. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produktivitas dan perekonomian Gabungan Kelompok Tani di Kabupaten Bandung Barat dengan memfasilitasi jaringan antara petani kopi, petani lebah, pebisnis, dan pemerintah. Sebelumnya, riset telah dilakukan di lima desa di Sumatera Selatan. Kemudian, dilakukan perluasan jaringan ke Jawa Barat. 

Saat ini, kopi telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat sehingga kebutuhan kopi di Indonesia maupun di dunia terus meningkat. Namun, menurut data Kementerian Pertanian pada 2017, produktivitas perkebunan kopi rakyat Indonesia cenderung rendah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya penerapan teknologi budidaya yang terstandardisasi.

Sebagai upaya pengembangan riset tersebut terhadap petani Kopi di Bandung Barat, sebuah acara bertajuk “Dari Kebun ke Kafe” yang merupakan kegiatan diseminasi riset ITB dan BIOS diselenggarakan di Perkebunan Kopi Arjuna, Cibodas, Lembang pada Sabtu (15/9/2018) lalu. "Dari Kebun ke Kafe" juga menjadi bagian program Bina Desa yang dilakukan Himpunan Mahasiswa Rekayasa Hayati (HMRH) terhadap masyarakat Kampung Cibeusi, yang juga hadir pada acara ini. Acara tersebut dikemas dalam bentuk pemaparan materi dari beberapa narasumber, workshop, dan pameran. 

Mereka yang hadir di antaranya dari Kelompok Keahlian Agroteknologi dan Teknologi Bioproduk ITB di bawah Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH), Himpunan Mahasiswa Rekayasa Hayati (HMRH) ITB , Kelompok Tani Cibeusi (LMDH Cibeusi) Jatinangor, Gapoktan Arjuna Kabupaten Bandung Barat, beberapa startup berbasis komunitas, para dosen SITH ITB yaitu Dr. Robert Manurung, Dr. M. Yusuf Abduh dan Dr. Rijanti Rahaju Maulani, sebagai pemateri.

Ditemui pada acara tersebut, Dr. M. Yusuf  Abduh sebagai Ketua Tim Riset sekaligus Ketua Program Studi Rekayasa Hayati mengungkapkan bahwa petani kopi hanya bisa memanen biji kopinya satu kali dalam satu tahun. Ditambah lagi, kebanyakan petani kopi tidak memiliki keterampilan untuk mengolah biji kopinya menjadi kopi siap konsumsi. Tentunya hal itu menjadi masalah karena petani akan menganggur dan tidak mendapatkan penghasilan selain pada periode panen tersebut.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat sendiri tengah berusaha mengangkat nama kopi Jawa Barat melalui berbagai cara salah satunya menaikkan nilai tambah. “Kami berusaha mengangkat nama kopi Jawa Barat atau biasa disebut KAJP (Kopi Arabica Java Prianger) agar dapat bersaing dengan 10 kopi ternama Indonesia. Kami ingin membuat petani tidak hanya bekerja di kebun, tetapi juga masuk ke industri besar,” ujar Ir. Agus Sutirman, MP selaku Kepala Bidang Sumber Daya Dinas Perkebunan Jawa Barat.

Sementara itu, Bagoes Muhammad Inderaja, selaku Co-Founder dan Chief Executive Officer (CEO) BIOS menyampaikan, banyak manfaat bisa dihasilkan dari kulit kopi. Jika selama ini hanya menjadi limbah atau hanya bisa dijadikan pupuk, namun ternyata kulit bias dimanfaatkan sebagai teh. Selain itu, juga bisa digunakan untuk memelihara lebah di kebun kopi yang bisa menghasilkan propolis dan madu.

Sarang Lebah MOTIVE Gen X

Lebah Tetragonula Laeviceps atau yang sering disebut lebah klanceng merupakan jenis lebah yang tidak menyengat. Lebah klanceng memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, yaitu sekitar 0,8 cm. Selama ini, sarang bambu merupakan habitat pembudidayaan lebah klanceng. Namun, sarang bambu akan dirusak saat propolis dipanen, sehingga akan mengganggu koloni yang berkembang dan menurunkan produktivitas lebah memproduksi propolis.

Atas dasar itulah, riset ITB membuat suatu sistem terintegrasi yang di dalamnya terdapat perkebunan kopi dan pengolahannya mulai dari ceri kopi hingga roasted coffee siap minum, serta budidaya lebah yang akan diolah madu dan propolisnya. Riset ini juga didukung oleh startup Bio and Oil spesialis bagian propolis dan lebah, serta start-up Nara yang menyampaikan hasil-hasil riset kepada masyarakat.

Tim riset ITB juga mengembangkan beberapa inovasi, salah satunya MOTIVE Gen X yang merupakan sarang buatan yang didesain dengan lubang-lubang ram sebagai tempat penempelan propolis. Sehingga produktivitas lebah dalam membuat propolis meningkat, dan propolis dapat dipanen berulang kali tanpa harus membongkar sarang aslinya. 


MOTIVE Gen X ditunjang dengan sensor elektrik seperti temperatur, kelembapan, dan massa koloni, dan sistem instrumentasi yang memiliki sistem data terintegrasi dengan mikrokomputer secara real-time. MOTIVE Gen X menggunakan panel surya sebagai sumber energi sehingga dapat digunakan di daerah yang belum terjangkau listrik.

Selain itu, ada pula teh kopi cascara yang merupakan produk turunan dari kulit kopi. Dalam Bahasa Spanyol, cascara berarti kulit merah dan umumnya berjumlah 45% dari total keseluruhan buah kopi segar. Cascara memiliki kandungan kafein seperti kopi pada umumnya, tetapi juga memiliki kandungan antioksidan yang cukup tinggi. Antioksidan ini merupakan zat bioaktif yang berfungsi untuk meningkatkan imunitas. Pengolahan yang benar pada cascara akan menghasilkan produk teh kopi yang berkualitas baik.

Kurnia Danumiharja, atau yang biasa dipanggil “Abah” sebagai Ketua Gapoktan Kopi Arjuna sekaligus Ketua Asosiasi Petani Kopi Bandung Barat, mengapresiasi apa yang dilakukan tim riset ITB. Apa yang dilakukan tim riset,  telah memberi banyak manfaat bagi masyarakat di desanya. “Wawasan petani semakin berkembang karena adanya budidaya lebah tanpa sengat dan propolis ini. Selain itu, para petani juga semakin tahu tentang dunia kopi,” kata Abah.

Reporter: Ulayya Sarfina
Foto : Ulayya Sarfina


scan for download