Ganecu, Sistem Pengatur Suplai Bahan Bakar Karya Mahasiswa ITB

Oleh Ahmad Fadil

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id – Penghematan bahan bakar fosil sudah harus mulai dilakukan. Ini karena cadangan bahan bakar fosil di dunia semakin menipis. Selain itu, penghematan bahan bakar fosil dapat mengurangi polusi sehingga dampaknya pada lingkungan dapat ditekan. Sebagai bentuk dukungan pada penggunaan mesin yang hemat bahan bakar dan ramah lingkungan, mahasiswa ITB mengembangkan sistem bernama Ganecu.

Ganecu merupakan sebuah sistem Engine Control Unit (Sistem ECU) karya tiga mahasiswa ITB, yaitu I Made Aswin Nahrendra, Adrian Susanto, dan Stefanus Kevin Hadinata. “Sistem ECU merupakan sistem yang menyuplai jumlah bahan bakar dengan menganalisis beberapa variabel dari kondisi lingkungan tempat kendaraan berada,” ujar I Made Aswin Nahrendra atau akrab disapa Made.

Ide Awal Ganecu
Gagasan awal Ganecu bermula dari kekurangan Medium Altitude Unmanned Aerial Vehicle (MALE UAV) buatan PT Aero Terra Indonesia bermesin 2 stroke 157cc yang relatif boros bahan bakar dan tidak ramah lingkungan. Selain itu, UAV ingin dioperasikan dalam jangka panjang dalam ketinggian yang cukup tinggi. Dalam keadaan seperti itu seringkali terjadi kegagalan mesin seperti kegagalan karena tekanan udara yang rendah, serta karburator gagal menyuplai bahan bakar.

Berakar dari masalah tersebut, ketiga inovator Ganecu beserta Dr. Widyawardhana Adiprawita, ST., MT., dari Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB, Dr.techn.Ir. Arief Hariyanto dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB, bapak Rusdiana Hakim dari PT. Aero Terra Indonesia, berusaha membuat beberapa ide yang dapat menanggulangi masalah tersebut. Hingga akhirnya berkeputusan bahwa ide yang paling cocok ialah Ganecu.

Untuk menghasilkan pembakaran yang hemat bahan bakar serta ramah lingkungan, Ganecu menggunakan 5 parameter, Yaitu suhu mesin, suhu udara lingkungan, tekanan udara lingkungan, AFR (Air-Fuel Ratio) gas buang, serta bukaan throttle mesin. Pada sistem Ganecu juga diaplikasikan konsep teknologi Electronic Fuel Injection menggantikan karburasi dan mekanik yang dominan dipakai pada mesin 2 stroke, sehingga Ganecu dapat memastikan suplai bahan bakar efisien di lingkungan dan kondisi yang berbeda-beda,  “Sehingga suplai bahan bakar dapat selalu terjamin.” papar Made.

Proses Pembuatan Ganecu
Dalam pembuatannya, pembiayaan Ganecu didukung PT Aero Terra Indonesia, diyakini bahwa pembuatan satu sistem membutuhkan biaya bersih sekitar 6 juta rupiah. Made memaparkan bahwa biaya tersebut mahal karena menggunakan sensor Lambda, “Yang paling mahal adalah di sensor gas buangnya atau biasa disebut sensor Lambda, karena harganya bisa mencapai 4,5 juta”. Sistem microcontroller yang digunakan tidak memakan biaya terlalu mahal karena menggunakan Arduino Mega 2560 R3.

Sementara itu, diperlukan waktu 9 bulan dalam pengerjaan Ganecu. Lima bulan pertama, tim mempelajari mesin dan sistemnya, juga dilakukan pembuatan desain sistem Ganecu. Empat bulan berikutnya merupakan waktu untuk implementasi hardware dan software serta troubleshooting.

Made juga menerangkan bahwa awalnya Ganecu dibuat untuk satu tipe mesin, “Sistem yang kami buat ini awalnya khusus untuk mesin 2 stroke 157cc produksi perusahaan 3W”. Namun, jika ternyata diinginkan implementasi terhadap mesin jenis lain, tidak diperlukan banyak modifikasi. “Hanya perlu di modifikasi di beberapa bagian algoritma saja” ungkap Made.

Setelah memamerkan sistem ini di EEDays 2018, tim inovator Ganecu berharap akan ada pengembangan lebih lanjut terhadap Ganecu, “karena sebenarnya masih banyak potensi pengembangannya, seperti menggunakan sensor yang lebih murah, lalu diintegrasi dengan sistem onboard generator”, papar Made. Selain itu tim juga berharap akan dilakukan uji coba terbang agar dapat dilakukan lebih banyak troubleshooting, karena selama ini pengujian masih dilakukan di darat.

Reporter: Ajani Raushanfikra


scan for download