Studium Generale : Pengurangan Risiko Bencana Gempa Bumi di Indonesia

Oleh Aldy Kurnia Ramadhan

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - ITB kembali mengadakan kuliah umum Studium Generale pada Rabu (21/09/16) bertempat di Aula Barat ITB. Kuliah yang dihadiri oleh ratusan mahasiswa lintas program studi tersebut menghadirkan pembicara seorang pakar gempa bumi dan gunung api yang juga merupakan dosen Program Studi Teknik Geodesi ITB, Dr. Irwan Meilano, S.T., M.Sc. Pada kesempatan tersebut, Dr. Irwan membawakan kuliah umum dengan tema "Pengurangan Risiko Bencana Gempa Bumi di Indonesia" kepada para mahasiswa yang memenuhi ruangan aula.

Dr. Irwan mengawali kuliah dengan memberikan contoh kepada para mahasiswa beberapa contoh peradadaban manusia yang hancur akibat bencana. Beberapa diantaranya adalah Peradaban Suku Maya di Amerika yang hancur akibat kekeringan dan gagal panen, peradaban Suku Viking di Eropa yang hancur akibat perubahan iklim, Kerajaan Samudera Pasai di Aceh yang dihemapas gelombang tsunami, serta Kerajaan Tambora yang mengalami kemunduran akibat letusan Gunung Tamboro pada 1817. Fakta sejarah membuktikan bahwa banyak sekali peradaban-peradaban yang sebelumnya pernah berjaya tumbang akibat hantaman bencana alam.


Bencana Besar Indonesia


Indonesia sendiri pernah mengalami suatu bencana mahabesar, kala gempa bumi yang diikuti gelombang tsunami menghantam Aceh dan sekitarnya pada tahun 2004. Akibat bencana dahsyat tersebut, diperkirakan sekitar 300.000 warga Aceh dan sekitarnya menjadi korban meninggal. Gempa Aceh sendiri mencatatkan rekor sebagai gempa terlama yang pernah terjadi sepanjang sejarah modern, yaitu selama 600 detik atau 10 menit. Selain itu, pada tahun 2006 Yogyakarta juga diguncang gempa selama 18 detik yang memakan sekitar 6000 korban jiwa. Jika dibandingkan dengan kejadian-kejadian lain yang juga memakan korban jiwa seperti peperangan, tidak ada kejadian lain yang dapat melenyapkan nyawa sebanayak itu dalam kurun waktu yang singkat seperti gempa bumi.


Definisi Bencana


Berdasarkan Undang-Undang no. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Namun, Dr. Irwan mengutip definisi lain dari bencana sebagai kejadian merugikan yang tidak rutin dan tidak dapat diprediksi yang terjadi di masyarakat. Jadi, jika suatu kejadian dapat diprediksi kedatangannya seperti banjir tahunan pada bulan terterntu tidaklah tepat untuk dikategorikan sebagai bencana, melainkan ketidakpedulian. Jika suatu kejadian merugikan dapat diprediksi sebelumnya atau rutin berulang dengan jangka waktu tertentu kita seharusnya dapat mengupayakan rencana untuk mengurangi risiko kejadian tersebut.


Kembangkan Riset Kebencanaan

Indonesia merupakan negara dengan potensi bencana gempa bumi dan gunung api yang sangat besar, karena negeri ini terletak di atas 4 lempeng aktif yang senantiasa bergerak. Seharusnya kita sebagai negeri dengan potensi bencana tinggi sudah harus mencerdaskan masyarakat mengenai bencana alam dan apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana. Selain itu, kita juga harus meningkatkan pembangunan infrastruktur penanggulangan bencana. Namun, pada kenyataannya masyarakat kita masih belum bengitu memahami pengetahuan mitigasi bencana.  Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai bencana alam dapat mengakibatkan meningkatnya korban jika sewaktu-waktu terjadi bencana. Contohnya ketika terjadi bencana gempa dan tsunami Aceh, mayoritas dari warga Aceh tidak menyadari apa yang sedang terjadi. Selain itu, Aceh sendiri pada waktu itu tidak memiliki peralatan tsunami warning serta tidak ada lokasi evakuasi. Hal tersebut yang mengakibatkan banyaknya korban jiwa yang jatuh pada peristiwa gempa dan tsunami Aceh.

Kita juga perlu meningkatkan riset dan pengembangan teknologi di bidang kebencanaan. Dibandingkan dengan Singapura, negeri yang tidak memiliki gunung api dan sangat kecil potensi bencananya, fasilitas riset dan teknologi kebencanaan kita masih kalah jauh. Padahal jika dibandingkan dengan Singapura, potensi bencana kita amatlah sangat besar karena hampir tidak ada wilayah di Indonesia yang tidak memiliki potensi bencana. "Memahami bencana merupakan upaya untuk mengurangi risiko bila terjadi bencana, serta menemukan persoalan yang sebenarnya. Saat terjadi bencana, cobalah untuk berkontribusi walau kecil, karena sekecil apapun kontribusi kita akan sangat berarti bagi para korban bencana," tutup Dr. Irwan.


scan for download