ISEDM 2015: Kontribusi Sains sebagai Reduksi Risiko Bencana Gempa

Oleh Vinskatania Agung A

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Program Graduate Research on Earthquake and Active Tectonics ITB (GREAT-ITB) bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggelar International Symposium on Earthhazards and Disaster Mitigation ke-5 pada Selasa-Rabu (19-20/10/2015) di Aula Timur ITB. Pertemuan ilmiah tahunan ini merupakan forum besar bagi peneliti dan akademisi dari berbagai disiplin ilmu yang memiliki minat terhadap sains kebumian dan mitigasi bencana. Di ISEDM, mereka berkumpul  untuk mempresentasikan hasil penelitian secara oral maupun poster dan melakukan diseminasi kepada sesama akademisi serta masyarakat.

ISEDM 2015 dibuka oleh Dekan FITB, Prof. Hasanuddin Z. Abidin dan Kepala Program Studi Teknik Geofisika, Dr. Andri Dian Nugraha selaku Wakil Ketua Panitia. Pada tahun ini ISEDM 2015 yang bertepatan dengan peringatan satu dekade gempa Nias berhasil menerima sebanyak 88 makalah karya penelitian. Topik makalah antara lain berkenaan dengan Geologi Kegempaan, Geodesi Tektonik, Seismologi Kegempaan, Teknik Seismik Kebencanaan dan Kegempaan, Kebencanaan Laut dan Tsunami, Longsor, Hidrometeorologi Kebencanaan, Analisis Geospasial untuk Manajemen Bencana, dan Penanggulangan Risiko Gempa oleh Komunitas. Acara ini menghadirkan lebih dari 30 pembicara dari berbagai instansi baik dari dalam maupun luar negeri seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badang Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Australian National University (ANU), Institut de Recherche pour le Development, Nagoya University dan lainnya. Selain dari instansi profesional, pemakalah diisi oleh mahasiswa dari ITB, Universitas Padjadjaran, Universitas Gadjah Mada, Universitas Hasanuddin, dan berbagai universitas di Indonesia.


Indonesia, Negara Pabrik Gempa
Simposium yang terbuka untuk umum ini diharapkan dapat meningkatkan kepekaan masyarakat terhadap bencana kegempaan.  Pasalnya, posisi Indonesia yang secara geologis merupakan tempat pertemuan empat lempeng utama dunia menjadikan rumah kita sebagai "pabrik penghasil gempa" yang produktif. Dengan berbagai ilmu sains kebumian yang dipublikasi, masyarakat dapat lebih menyadari bahwa Indonesia merupakan daerah rawan gempa sehingga mayarakat memahami dan mendukung upaya mitigasi bencana agar efek bencana dapat diminimalisasi. Selain itu, riset yang dilakukan di pusat gempa masih terhitung sedikit. "Kita perlu mengupas banyak hal mengenai tektonik Indonesia. Harapannya, ISEDM dapat menggugah mahasiswa untuk mempelajari lebih dalam mengenai  ilmu kebumian tentang gempa," ujar Dr. Andri.

Foto: ISEDM 2015, ga.gov.au


scan for download