DKV ITB Gelar Simposium Museum dan Warisan Budaya

Oleh Teguh Yassi Akasyah

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) FSRD ITB bekerja sama dengan Galeri Soemardja ITB menggelar sebuah simposium internasional yang mengangkat tema museum dan budaya. Acara yang bertajukan "Museum dan Warisan Budaya: Perubahan Paradigma dan Pemberdayaannya" tersebut diselenggarakan pada Rabu - Kamis (17-18/12/14) bertempat di Galeri Soemardja ITB. Simposium tersebut merupakan rangkaian kegiatan "dkv.id" yang diselenggarakan oleh DKV ITB dalam rangka mempublikasikan hasil karya akademik baik mahasiswa maupun dosen, serta ajang pembelajaran dalam melestarikan dan mengembangkan budaya lebih dalam.

"Tujuan utama dari simposium ini adalah sebagai ajang perubahan paradigma masyarakat secara umum dalam hal mengartikan warisan budaya dan museum itu sendiri. Serta melalui ajang ini, kami berkeinginan untuk menunjukan bahwa FSRD ITB bukan hanya berkaitan dengan karya saja, tetapi turut berkontribusi nyata dalam warisan budaya lokal," tutur Alvanov Zpalanzani Mansoor (Dosen DKV ITB) selaku Pelaksana Harian dalam simposium yang diketuai oleh Aminudin TH Siregar (Dosen Seni Rupa FSRD ITB). Dalam simposium yang didesain untuk kemajuan budaya lokal dan pemeliharannya tersebut, turut hadir Prof. Nang Primadi Tabrani (Guru Besar FSRD ITB) dan Prof. Jakob Sumardja (Sastrawan dan Esais Indonesia) selaku pembicara utama.

Dalam ajang ini, turut hadir komunitas museum lokal Bandung dan sederet budayawan guna mendukung ketercapaian tujuan utama. Beberapa panelis yang menjadi pembicara dalam ajang ini adalah dosen DKV ITB yang telah bertolak dari Belanda untuk mempelajari  dan melakukan brainstorming tentang artefak nusantara pada Juni 2014 lalu, tentu saja dalam rangka melakukan analisis terhadap paradigma budaya dan museum itu sendiri. Selain itu, turut hadir Abdul Aziz Rashid (Pengelola Museum dari University of Malaya, Malaysia) dan Syed Hafiz Muhammad (Kurator asal Singapura) selaku panelis, khususnya membahas tentang museum budaya di Malaysia dan Singapura.  "Panelis ini akan menjadi pendorong kita untuk hal pengembangan museum di Indonesia, khususnya bidang budaya," jelas Alvanov.

Simposium yang terbuka untuk umum ini menjadi sebuah batu loncatan bagi FSRD ITB dalam berkontribusi nyata dalam pengelolaan warisan budaya lokal dan kreativitas terhadapnya. Menurut Alvanov, Direktorat Jendral Kebudayaan Indonesia turut ikut serta mendorong terlaksananya acara ini guna memperdayakan energi dalam melestarikan budaya lokal, khususnya dalam keberjalanan museum Indonesia. Melalui simposium ini turut ditampilkan karya-karya mahasiswa DKV ITB guna mempublikasikan karya dan kontribusi mahasiswa terhadap budaya. Salah satu karya yang dipamerkan adalah karya Novita Elisa Fahmi (Desain Komunikasi Visual 2011) yang memadukan gerakan tarian lokal asal Nusa Tenggara Timur dalam pembuatan huruf alfabet. "Perpaduan ini bertujuan untuk memperdayakan budaya tarian lokal dalam sebuah bentuk sastra, khususnya angka dan huruf," tutur Novita.


scan for download