Jadi Peserta Termuda, Mahasiswa ITB Juarai Indonesia-Netherland Water Challenge

Oleh Luh Komang Wijayanti Kusumastuti

Editor -

Tim ITB memenangkan kompetisi Indonesia-Netherland Water Challenge. Tim tersebut terdiri dari Aulia Fatwa Farizqa, Aldea Permatasari Firdhaus, Amalia Handini Astari, dan Mochammad Imron (Teknik Kelautan 2010). Kompetisi yang dilaksanakan sejak November 2013 tersebut merupakan yang pertama di Indonesia dan telah diadakan di berbagai negara. Karya dari tim ITB berupa konsep desa terapung terintegrasi yang merupakan sebuah solusi pembangunan giant sea wall di teluk Jakarta.

Kompetisi ini mengangkat tema 'Ports and Coasts Indonesia: People, Planet & Profit'. Diawali dengan seleksi awal paper, tim ITB dengan 3 pesaing lainnya yaitu UNHAS, UGM, dan ITS maju untuk bersaing dalam menghasilkan paper akhir. Dari keempat tim tersebut, hanya tim dari ITB yang terdiri dari mahasiswa program sarjana, sedangkan tim lainnya terdapat mahasiswa program magister dan doktor. Oleh mentornya, tim ini dijuluki 'ITB Kids'. Keempat tim tersebut ditantang untuk menghasilkan sebuah inovasi dalam pengelolaan air dan pesisir khususnya di teluk Jakarta didampingi mentor masing-masing. Setelah melakukan kegiatan mentoring dengan Daniel Tollenar dari perusahaan Belanda di Jakarta, munculah sebah gagasan pembangunan desa terapung terintegrasi bagi para nelayan.

Desa Terapung Berbentuk Ikan Untuk Nelayan

Pembangunan giant sea wall sudah direncanakan sebagai solusi embangunan banjir Jakarta. Kemudian pertanyaan yang muncul adalah, dampaka apa yg akan diberikan? Salah satu dampak negatif yang akan terjadi adalah tempat tinggal nelayan yang akan lebih jauh dari pantai. Tim ITB menyadari permasalahan tersebut, kemudian melakukan penelitian sederhana terhadap nelayan di Jakarta Utara. Ternyata memang benar bahwa nelayan terancam akan direlokasi menjauhi pantai. Keadaan sosial dan ekonomi para nelayan kemudian dijadikan sebagai fokus utama oleh tim. "Nelayan yang dekat pantai saja penghasilannya masih minim, apalagi jika direlokasi. Kami memunculkan inovasi, berusaha untuk explore daerah pariwisata seperti museum, restoran, dan pasar ikan yang dapat diberdayakan oleh nelayan maupun keluarganya," cerita Imron. Karena alasan tersebutlah desa terapung dan terintegrasi digagas untuk dibangun antara giant sea wall dan teluk Jakarta.

Amelia menyebutkan bahwa terdapat sebuah tantangan dalam keberlanjutan desa terapung tersebut, yaitu bagaimana mengelola air di sekitarnya agar layak minum. Daerah di antara giant sea wall dengan teluk Jakarta direncanakan sebagai tempat penyedia air minum bagi warga Jakarta. Konsep desa terapung terintegrasi ini diharapkan mampu menjadi pemecah masalah di teluk Jakarta yang lebih spesifik. "Desa ini bentuknya ikan loh, jadi yang mencirikan nelayan bagi kami ya ikan. Nanti kalau dilihat dari atas, akan terlihat garuda yang sedang menangkap ikan," ungkap Imron sembari menunjukkan desain dari desa terapung tersebut.

Sangat banyak manfaat yang dirasakan oleh tim ini sejak November dimulainya lomba. Bukan hasil yang diharapkan, melainkan proses yang menurut mereka sangat penting. "Mulai dari manajemen waktu karena anggota pada sibuk, saling berdebat dan beda pendapat," ungkap Imron saat ditanya mengenai tantangan selama berlangsungnya kompetisi. "Tapi sangat banyak manfaat yang kami rasakan. Kami jadi lebih tau permasalahan-permasalahan di Jakarta yang lebih spesifik. Mulai dari masalah banjir hingga kepentingan politiknya serta segala pengetahuan yang kemungkinan kecil didapat di kelas," tutup Aulia dalam wawancara.


scan for download