Kuliah Umum Teknik Perminyakan Bahas Pemanfaatan FLNG

Oleh Fatimah Larassati

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Tahun 2050 mendatang kebutuhan manusia terhadap energi yang terus meningkat diprediksi akan melonjak dua kali lipat kebutuhan suplai saat ini. Kondisi demikian menuntut adanya inovasi-inovasi baru di bidang keenergian. Terkait dengan hal tersebut, Teknik Perminyakan ITB bekerjasama dengan Royal Dutch Shell menyelenggarakan kuliah tamu pada Jumat (02/10/15) di Ruang Total Handil Gedung Teknik Perminyakan. Kuliah tamu yang mengundang Anton Sluijterman, Technical & HSSE Manager Shell Upstream Indonesia Services B.V., membahas tentang inovasi di bidang keenergian yang sedang dikembangkan saat ini yaitu pembangunan infrastruktur Floating Liquefied Natural Gas (FLNG).

Berbeda dari infrakstuktur pemrosesan gas alam yang umumnya dibangun di darat, sesuai dengan namanya FLNG adalah suatu infrastruktur pemrosesan rektraksi gas alam yang dibangun 'mengapung' di lepas pantai. Pembangunan fasilitas ini langsung di atas permukaan dari lapangan tempat ditemukannya gas alam tersebut. Layaknya fasilitas gas alam di darat, FLNG dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas produksi, likuifaksi, penyimpanan, serta transfer untuk berikutnya dibawa ke darat untuk dipasarkan.


Pengadaan FLNG menjadi sorotan banyak pihak dan saat ini, pembangunan fasilitas-fasilitas FLNG gencar dilakukan oleh perusahaan migas seperti Shell dan Petronas. FLNG sendiri dinilai ekonomis menilik dari berbagai keuntungan yang didapatkan, salah satunya karena seluruh proses yang dilakukan langsung di lapangan gas di laut dalam otomatis membuat pemasangan jalur pipa ke darat untuk pemrosesan tidak diperlukan. Ketika lapangan gas produksinya habis dan penonaktifan fasilitas ingin dilakukan, mobilisasi dapat dilakukan dengan mudah tanpa harus melakukan sederet proses pelepasan jalur pipa ke darat. Akibatnya, dampak lingkungan dapat diminimalisir. Seluruh fasilitas juga langsung dapat dipindahkan ke lapangan baru lainnya untuk kemudian dioperasikan lagi.


Pemompaan gas ke darat melalui pipa pada infrastuktur darat yang memerlukan biaya besar juga dapat ditekan dengan pembangunan FLNG ini karena seluruh proses mulai dari produksi hingga penyimpanan dilakukan langsung di fasilitas lepas pantai. Selain itu, FLNG membuka peluang untuk pengembangan lapangan di laut dalam yang punya potensi  berlimpah namun sulit terjamah jika hanya mengandalkan jalur pipa yang dihubungkan ke fasilitas di darat.


Akan tetapi, pengembangan FLNG bukan berarti tidak menemui tantangan. Tantangan terbesar yang dihadapi adalah bagaimana menyesuaikan ukuran satu fasilitas normal di darat menjadi sekitar seperempat dari ukuran tersebut. Selain itu seluruh komponen yang ada di fasilitas tersebut harus mampu menghadapi perubahan cuaca yang ekstrem dan mumpuni kualitasnya, seperti tangki penyimpanan yang dapat meminimalisir dampak dari ombak laut. Namun segala tantangan tersebut jika diatasi dengan baik akan sepadan hasilnya dan dapat menjadi salah satu solusi untuk energi masa depan yang lebih terjangkau harganya dan berkelanjutan.


scan for download