Rektor ITB: Sumbangsih ITB di Masyarakat melalui Proses Alih Ipteks

Oleh Vinskatania Agung A

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Prosesi seremoni wisuda yang digelar ITB merupakan suatu momentum pelepasan lulusan ITB untuk terjun ke kehidupan bermasyarakat. Seorang wisudawan, baik dari jenjang sarjana, magister, maupun doktor merupakan insan ipteks (ilmu pengetahuan, teknologi, seni, ilmu sosial, dan humaniora) yang mengemban amanah untuk menghadirkan ipteks sebagai sumber kemajuan bagi Indonesia. Berbagai tantangan baru yang kini dihadapi dalam memasuki abad 21 semakin mendorong ITB untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut berlandaskan pengetahuan dan inovasi yang dikembangkannya. Berangkat dari hal tersebut, Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA, menjabarkan orasi ilmiahnya mengenai sumbangsih ITB di masyarakat melalui proses alih ipteks dalam sambutan pada Sidang Terbuka Wisuda ITB ke-3 tahun akademik 2014/2015.

Metode Alih Ipteks ke Masyarakat

Proses alih ipteks tak lepas dari berjalannya Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dharma Pengajaran dan Dharma Penelitian merupakan cara utama yang dilakukan untuk merealisasikan proses pengalihan ipteks ke masyarakat. Melalui Dharma Pengajaran, Lulusan ITB yang telah dibekali dengan ipteks di bidang tertentu menerapkan bekal tersebut untuk menjawab permasalahan di berbagai lingkukan pekerjaan. Sedangkan melalui Dharma Penelitian dilakukan dengan menghasilkan makalah-makalah ilmiah sebagai publikasi dari hasil penelitian ipteks agar pembaca dapat menyerap informasi baru serta menjawab permasalahan praktis. Selain kedua cara tersebut, kontribusi dalam pelaksanaan pelatihan, penyediaan layanan konsultasi, pengembangan ipteks pendukung produksi, ataupun perintisan perusahaan baru juga dipandangan sebagai proses alih ipteks melalui Dharma ketiga yaitu Pengabdian kepada Masyarakat.

Meski secara umum ITB telah mendorong alih ipteks ke masyarakat, efektivitasnya harus kembali dikaji. Khazanah ipteks yang dimiliki ITB merupakan hal dinamis yang terus berkembang seiring dengan berjalannya kegiatan penelitian di ITB. Mahasiswa, melalui pembelajaran di kelas dan laboratorium, hanya menyerap sebagiannya. Dengan begitu, sebenarnya hanya sebagian pula khazanah ipteks ITB yang teralihkan ke masyarakat. Sementara itu, pada metode alih ipteks melalui penelitian seringkali terdapat kesenjangan antara waktu diperoleh dan dipublikasikannya penelitian. Hambatan lainnya juga terletak pada kesenjangan bahasa, latar belakangang pengetahuan, dan motivasi. Sedangkan alih ipteks melalui pengabdian masyarakat, meski terjadi interaksi yang erat antara para akademisi dan pelaku di sektor industri, pelaksanaannya relatif kurang terstruktur dibandingkan dengan pengajaran dan penelitian.

Upaya alih ipteks dalam penelitian industrial atau penelitian terapan juga terbilang kompleks. Pendekatan dilakukan dengan studi dokumen dan menyelenggarakan serangkaian pertemuan dengan para pelaku industri. Namun, permasalahan industri yang bersifat dinamis belum tentu masih relevan di kemudian hari ketika hasil penelitian siap, serta alih ipteks yang diterapkan pada kebutuhan industri yang telah valid teridentifikasi tidak cukup dengan hanya melakukan publikasi ilmiah. Sekalipun berhasil dilakukan paten teknologi, hal tersebut masih tidak memadai. Terlebih lagi, banyak paten teknologi yang tidak pernah bermuara pada komersialisasi teknologi. Alih ipteks membutuhkan peranan pihak-pihak dari luat kampus untuk secara aktif menyerap hasil penelitian ipteks dan melakukan adaptasi ke dalam lingkungan praktis.

Kunci Keberhasilan Alih Ipteks

Interaksi merupakan kata kunci bagi alih ipteks. Gagasan tentang University-Industry Linkage (UIL), triple-helix perguruan tinggi-industri-pemerintah, serta gagasan tentang innovation system, semuanya memberikan penekanan pada peranan penting interaksi, yaitu pelajaran timbal-balik yang dapat diperoleh. Agar interaksi para akademisi dan para pelaku lain dapat berlangsung lebih efektif dan ajeg (durable), diperlukan adanya perangkat struktural. Sebagaimana disarankan pada literatur akademik yang terkait, unsur-unsur perangkat struktural yang dianggap penting adalah pusat penelitian, kantor alih ipteks, inkubator dan science/technopark.

Alih ipteks merupakan proses esensial, yang melaluinya ITB dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat. Keberhasilan alih ipteks mempersyaratkan dua hal: (1) pengajaran dan penelitian yang berlangsung di ITB memiliki relevansi tinggi terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat dan (2) alih ipteks yang berlangsung ke masyarakat berjalan dengan cara yang terstruktur dan sistematik sehingga hasilnya akan cukup masif. Pembenahan-pembenahan masih dipandang perlu untuk meningkatkan intensitas alih ipteks tersebut.

Komponen Esensial Pelaksanaan Alih Ipteks di Masa Depan

Sebuah tantangan bagi perguruan-perguruan tinggi di Indonesia, khususnya ITB yang mengenyam misi entrepreneurial university, untuk melakukan praktik alih ipteks yang signifikan. Alih ipteks yang signifikan akan tercapai ketika ITB telah berhasil menumbuhkan perusahaan-perusahaan baru atau organisasi-organisasi produksi baru yang beroperasi dengan menyerap dan memanfaatkan hasil penelitian ipteks ITB. Selain itu, alih ipteks dari perguruan tinggi ke masyarakat memerlukan lingkungan yang kondusif. Pemerintah pusat dan daerah memegang peranan penting dalam memfasilitasi, mendorong, dan memperluas interaksi antara perguruan tinggi dan berbagai sektor industri. "Ini semua masih memerlukan langkah-langkah implementasi yang efektif. Para pelaku industri juga perlu memainkan peranan secara lebih aktif dan proaktif dalam menghela alih ipteks dari perguruan tinngi," tukas Rektor ITB . Menutup sambutannya, ia menambahkan bahwa peranan segenap alumni ITB sebagai delegasi dan juru bicara ITB di masyarakat juga tak kalah penting guna menjembatani interaksi antara ITB dengan berbagai pelaku di masyarakat.


scan for download