Community Development HIMATEK ITB: Ciptakan Kemandirian Desa dengan Memanfaatkan Kotoran Sapi

Oleh Annisa Mienda

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id-Lewat tangan seorang engineer, suatu bahan yang dianggap tak berharga dapat disulap menjadi produk yang bernilai jual tinggi dan dibutuhkan orang banyak. Hal inilah yang diterapkan pada program community development yang dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEK) ITB. Dalam program tersebut, HIMATEK ITB memanfaatkan limbah kotoran sapi untuk dijadikan biogas yang dapat digunakan sebagai pengganti liquefied petroleum gas (LPG). Program community development yang telah berlangsung selama kurang lebih dua tahun tersebut dilaksanakan di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Ide memanfaatkan limbah kotoran sapi berawal dari permasalahan lingkungan yang muncul di Desa Ciporeat. Desa tersebut merupakan salah satu desa penghasil susu sapi terbesar di Jawa Barat dan hingga kini, tercatat sekitar seribu ekor sapi diternakkan di desa tersebut. Meski demikian, sistem pembuangan dan pengolahan limbah kotoran sapi di desa tersebut belum dikembangkan dengan baik. Limbah kotoran sapi dibuang begitu saja ke selokan sehingga mengakibatkan polusi udara, pencemaran air, serta pencemaran saluran irigasi. Letak Desa Ciporeat yang berada pada dataran tinggi semakin memperburuk kasus pencemaran karena limbah juga merambah ke daerah-daerah yang terletak di bawah Desa Ciporeat.


Di bawah komando Bangkit Dana Setiawan (Teknik Kimia '11) selaku Ketua Divisi Community Development, HIMATEK ITB bahu membahu menginstalasi bioreaktor biogas di Desa Ciporeat. Limbah kotoran sapi akan diumpankan ke dalam bioreaktor tersebut dan dikonversi menjadi biogas. Menurut Bangkit, satu ekor sapi dapat menghasilkan kotoran sekitar 25 kg per harinya dan dapat diubah menjadi 1000 L biogas menggunakan bioreaktor. Jumlah ini setara dengan 0,34 kg LPG. Hingga kini, satu bioreaktor berkapasitas 4,5 m3 telah diinstalasi di Desa Ciporeat dan rencananya akan ada tiga bioreaktor lain yang akan diinstalasi di desa tersebut dalam waktu dekat.

Bangkit menuturkan bahwa program community development ini mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, salah satunya dari Andreas Wiji, pemilik perusahaan bioreaktor penghasil biogas sekaligus alumni Teknik Kimia ITB. Guna memperluas wawasan dan menyempurnakan bioreaktor yang dikembangkannya, HIMATEK ITB melakukan proses belajar kepada Andreas secara kontinu. HIMATEK ITB juga bekerja sama dengan Asosiasi Biogas Indonesia dan pemerintah lokal. Tak hanya itu, HIMATEK ITB juga melakukan studi banding ke Kampung Areng di Cibodas, Lembang yang terkenal dengan instalasi biogasnya yang telah berkembang. Dukungan untuk community development ini juga datang dari Negara Paman Sam. Salah satu organisasi non-pemerintah Amerika Serikat, The Resolution Project, mendukung proyek bioreactor biogas HIMATEK ITB melalui program mentoring dan sokongan finansial.

Bioreaktor yang Lebih Baik untuk Kemandirian Desa

Sebenarnya, pemanfaatan limbah kotoran sapi menjadi biogas telah dilakukan di Desa Ciporeat sebelumnya oleh pemerintah. Akan tetapi, tidak adanya kontrol dalam keberjalanannya mengakibatkan bioreator yang telah dipasang menjadi tidak digunakan dan rusak. Terlebih lagi, jenis bioreaktor yang dipasang pemerintah saat itu memiliki penampungan biogas dari plastik sehingga riskan terjadi kebocoran dan pengaturan tekanan bioreaktor harus dilakukan secara manual. Kini, HIMATEK ITB menginstalasi bioreaktor tipe baru yang dilengkapi dengan bagian penampungan biogas di dalamnya dan dapat dioperasikan secara lebih modern. Dengan diinstalasinya bioreaktor tipe baru ini, diharapkan proses pemanfaatan limbah menjadi biogas dapat berlangsung secara praktis, aman, efektif, efisien, serta menghasilkan konversi yang lebih baik.

Bangkit berharap instalasi bioreaktor biogas di Desa Ciporeat tidak hanya menyelesaikan masalah lingkungan, namun juga menjadikan Desa Ciporeat mandiri dalam bidang ekonomi dan energi. "Selain biogas yang dapat langsung digunakan, proses dalam bioreaktor juga menghaslkan limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dan dijual. Diharapkan hal ini dapat menyokong perekonomian warga," tutur Bangkit. Ia juga berharap agar pemanfaatan kotoran sapi menjadi biogas dapat berjalan secara berkelanjutan. "Semoga seluruh limbah kotoran sapi yang dihasilkan di desa ini dapat dimanfaatkan serta diubah menjadi produk berharga yang membawa dampak baik bagi sektor lingkungan, energi, dan ekonomi," tambahnya mengakhiri wawancara.

 

Dokumentasi: Panitia


scan for download