Masa Depan Parkir Kendaraan di Kampus ITB

Oleh kikywikantari

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id- Kampus ITB yang dikelilingi Jalan Ganesha, Tamansari dan Dayang Sumbi senantiasa penuh kendaraan bermotor. Sebuah fenomena yang lumrah terlihat pada hari efektif kuliah. Hal tersebut disebabkan oleh bertambahnya mahasiswa yang membawa kendaraan ke kampus yang tidak didukung dengan bertambahnya lahan parkir yang tersedia. Alhasil, jalan-jalan di sekitar kampus pun menjadi sasaran parkir.

Maraknya mahasiswa yang memarkir kendaraannya di tepi jalan sekitar kampus disikapi bijak oleh Direktur Sarana dan Prasarana (Sarpras) ITB, Endang Juliastuti. "Kami sudah beberapa kali menyampaikan surat edaran untuk melarang mahasiswa memarkirkan kendaraannya di jalan-jalan sekitar kampus, tapi turunlah ke Saraga", tutur wanita yang akrab disapa Yuli ini saat ditemui Kantor Berita pada Kamis(07/01/09).

Kampus ITB sebenarnya memiliki tiga area parkir untuk memfasilitasi mahasiswa yang membawa kendaraan. Satu terletak di bagian belakang dan sisanya di bagian depan kampus. Salah satu dari ketiga area parkir tersebut buka 24 jam. Selain itu, lahan parkir di Sasana Olahraga Ganesha (Saraga) juga dapat digunakan oleh mahasiswa. Namun, "membludak"nya jumlah pengguna kendaraan bermotor serta banyaknya kendaraan yang parkir tidak pada tempatnya tetap menjadi masalah.

Melalui hasil wawancara dengan Yuli, sebuah nampak telah direncanakan oleh pihak ITB untuk merespon permasalah parkir. Namun pada akhirnya, semua kembali pada kesadaran mahasiswa dan kepedulian terhadap lingkungannya.

Menghidupkan Terowongan

Di bawah jalan Tamansari yang memisahkan Saraga dan kampus ITB, terdapat sebuah terowongan penghubung. Terowongan ini biasa dilalui mahasiswa ketika akan berolahraga ke Saraga. Mahasiswa lebih sering menggunakan terowongan untuk menuju Saraga karena lebih efektif; jarak tempuh lebih pendek dibandingkan dengan melintasi jalan Tamansari. Rupanya, terowongan juga menjadi sarana pengefektifan lahan parkir.

"Semester ini saya coba untuk menghidupkan terowongan, sehingga mahasiswa sudah biasa hidup di terowongan dan saya harapkan mau memindahkan parkir ke Saraga", tutur Yuli.

Lahan parkir Saraga yang cukup luas dapat menampung seratus lebih mobil mahasiswa. Yuli berencana berencana menempatkan beberapa kursi di terowongan dan juga dilengkapi fasilitas hotspot, dan membuka kantin di dekat terowongannya, dengan harapan terowongan akan hidup dengan aktivitas mahasiswa. Jika mahasiswa terbiasa beraktifitas di tempat tersebut, maka tidak akan ragu untuk memarkirkan kendaraannya di Saraga.

Menurut rencana, inisiasinya akan dilakukan setelah rektor meresmikan asrama yang baru diperbaiki, meninjau perpustakaan Pusat dan diakhiri jamuan makan siang di terowongan. "Tujuannya agar seluruh civitas ITB tahu bahwa terowongan itu nyaman
untuk makan siang dan beraktifitas lainnya", ujar Yuli.

Mengurangi Kendaraan Bermotor

Selain menghidupkan terowongan, Yuli juga menghimbau kepada para mahasiswa untuk memakai sepeda ke kampus karena tempat
parkirnya telah disediakan dengan nyaman. Memakai kendaraan umum seperti angkutan kota (angkot) juga disarankan bila tempat tinggal mahasiswa tidak begitu jauh dari kampus ITB.

"Kami juga berencana membangun shelter - shelter di sekitar kampus dan menghubungkannya ke tempat-tempat kuliah mahasiswa yang terlindung dari hujan dan sinar matahari", papar Yuli.Semoga, dengan cara-cara tersebut, parkir di sekitar jalan kampus dapat berkurang, tambah Yuli mengakhiri pembicaraan.

[Ihsan Budi Rachman]


scan for download