Bosscha yang Menua

Oleh

Editor -

Observatorium Bosscha (dahulu dikenal sebagai Bosscha Sterrewacht) adalah salah satu observatorium penting di belahan bumi Selatan. Observatorium Bosscha dibangun oleh NISV (Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereeniging) atau Perhimpunan Bintang Hindia-Belanda. Pembangunannya sendiri berlangsung tahun 1923-1928. Pada tahun 1951, Observatorium Bosscha diserahkan kepada FMIPA UI. Dengan berdirinya ITB pada tahun 1959, observatorium ini menjadi bagian dari ITB. Observatorium Bosscha terletak di Lembang, sekitar 15 km ke arah Utara Bandung dengan koordinat geografis 107° 36' Bujur Timur dan 6° 49' Lintang Selatan. Lokasinya berada pada ketinggian 1310 m dari permukaan laut, atau pada ketinggian 630 m dari plato Bandung. Nama Observatorium Bosscha itu sendiri diambil dari nama sponsor utamanya, Karel Albert Rudolf Bosscha (1865-1928), seorang tuan tanah yang memiliki perkebunan teh di daerah Malabar. Observatorium ini dilengkapi dengan teleskop berbagai ukuran dan jenis. Masing-masing teleskop memiliki sasaran objek pengamatan yang berbeda-beda. Ada 5 teleskop yang aktif untuk penelitian astronomi. Kelima teleskop tersebut adalah: teleskop refraktor Ganda Zeiss, teleskop Schmidt Bima Sakti, teleskop Refraktor Bamberg, teleskop Cassegrain GOTO, dan teleskop refraktor Unitron. Sebagai sebuah observatorium, observatorium Bosscha memang digunakan untuk pengamatan dan penelitian astronomi. Dengan fasilitas yang ada ditambah posisi yang menguntungkan (dekat khatulistiwa), astronom Indonesia dapat melakukan penelitian astronomi di sini. Bahkan astronom luarpun bisa menggunakan fasilitas ini untuk penelitian. Penelitian rutin yang dilakukan di observatorium Bosscha adalah pengamatan bintang ganda visual dengan refraktor Ganda Zeiss, sesuai dengan misi utama pembangunan observatorium ini. Selain itu, jika ada objek menarik, misalnya ada komet yang sedang mendekati matahari, ada nova, atau peristiwa astronomi menarik lainnya, para peneliti Kelompok Keahlian Astronomi dan observatorium Bosscha juga mengadakan pengamatan di sini. Dalam penelitian/pengamatan ini, mahasiswa astronomi yang berminat bisa ikut terlibat. Kegiatan pengabdian pada masyarakat dilakukan dengan menyebarkan ilmu astronomi lewat penerimaan kunjungan, baik keluarga maupun rombongan. Dalam acara kunjungan ke observatorium ini, jumlah anggota satu rombongan dibatasi sesuai dengan kapasitas ruang ceramah dan demi menjaga proses komunikasi supaya dapat berjalan efektif. Setiap tahun pada bulan-bulan kering (musim kemarau) April-November, diadakan acara malam umum. Dalam acara malam umum ini, pengunjung diberi kesempatan mengintip objek langit (Bulan, planet, gugus bola, bintang ganda, atau objek lain yang bisa diamati malam itu). Acara pengamatan ini menggunakan dua teleskop: teleskop Unitron, dan teleskop Bamberg. Saat ini, memasuki dekade kedelapan usia observatorium Bosscha, kondisi di sekitar observatorium Bosscha dianggap tidak layak untuk mengadakan pengamatan. Hal ini diakibatkan oleh perkembangan pemukiman di daerah Lembang dan kawasan Bandung Utara yang tumbuh laju pesat sehingga banyak daerah atau kawasan yang dahulunya rimbun ataupun berupa hutan-hutan kecil dan area pepohonan tertutup menjadi area pemukiman, vila ataupun daerah pertanian yang bersifat komersial besar-besaran. Akibatnya banyak intensitas cahaya dari kawasan pemukiman yang menyebabkan terganggunya penelitian atau kegiatan peneropongan yang seharusnya membutuhkan intensitas cahaya lingkungan yang minimal. Sementara itu, kurang tegasnya dinas-dinas terkait seperti pertanahan, agraria dan pemukiman dikatakan cukup memberikan andil dalam hal ini. Dengan demikian observatorium yang pernah dikatakan sebagai observatorium satu-satunya di kawasan khatulistiwa ini menjadi terancam keberadaannya. Data dari Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) menyebutkan, selama kurun waktu 1994-2001 terjadi perubahan besar-besaran terhadap Kawasan Bandung Utara (KBU). Hutan sekunder yang semula luasnya 39.349,3 hektar tinggal 5.541,9 hektar pada tahun 2001. Sebaliknya, kawasan permukiman di wilayah KBU mengalami peningkatan dari 29.914,9 hektar menjadi 33.025,1 hektar. Peningkatan juga terjadi untuk kawasan industri, dari 2.356,2 menjadi 2.478,8 hektar. Data dari Observatorium Bosscha menunjukkan, dalam radius 1 km atau di lahan seluas 400 ha di sekitar Bosscha, terdapat lima lokasi yang sudah berubah fungsi. Di arah barat laut terdapat kebun campuran seluas 187,36 ha atau 46,8% dari luas wilayah. Di arah barat terdapat pemukiman penduduk seluas 61,88 ha (15,40% luas wilayah). Di arah barat daya terdapat sawah/tegalan/kebun campuran seluas 119,38 ha (29,8% luas wilayah). Di sekitar arah timur terdapat peternakan seluas 1,8 ha (0,45% luas wilayah) dan emplasemen seluas 12,5 ha (3,1% luas wilayah). Observatorium Bosscha hanya memiliki luas 1,8 ha atau 0,45% luas wilayah. Sedangkan Badan Metereologi dan Geofisika (BMG) hanya memiliki 0,6 ha atau 0,15% luas wilayah. Sementara lahan milik PT BMP seluas 61,62 ha. Bedasarkan Kepmenbudpar No. 51/2004, Bosscha telah ditetapkan sebagai cagar budaya. Tetapi, Kepmen itu belum bergigi karena belum mendefinisikan fungsi Bosscha sebagai tempat penelitian bintang yang memerlukan persyaratan khusus. Sebagai tindak lanjut, dengan dukungan Kemeneg Ristek, Depdiknas dan Depbudpar, Kepmen itu akan ditingkatkan menjadi Kepres dengan menegaskan definisi lingkup luas Bosscha sebagai cagar budaya dan definisi cagar budaya yang memuat fungsinya sebagai tempat penelitian bintang dengan segala persyaratannya. Nantinya, Kepres tersebut dapat digunakan sebagai aturan yang kuat untuk menjaga kelestarian Observatorium Bosscha.

scan for download